Untuk memperbaiki kondisi, FAST menjalankan sejumlah strategi efisiensi, mulai dari penggabungan pusat dukungan operasional hingga penyesuaian jumlah karyawan sesuai volume transaksi di tiap gerai.
"Kami melakukan efisiensi di segala bidang, termasuk penggabungan support center di Jakarta serta pengurangan karyawan yang tidak sesuai kebutuhan," jelas Wachjudi.
Sebelumnya, pada awal Juni 2025, FAST juga memperoleh tambahan modal dari pemegang saham pengendali, yakni keluarga Gelael dan Anthoni Salim, masing-masing Rp40 miliar melalui skema private placement. Suntikan modal tersebut ditujukan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung keberlanjutan usaha perusahaan.
Setelah itu, pengelola jaringan restoran KFC Indonesia ini juga resmi mengantongi fasilitas kredit senilai total Rp875 miliar dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Dana tersebut diperoleh melalui tiga perjanjian kredit yang diteken kedua pihak, dan dialokasikan untuk mendukung kebutuhan pembiayaan serta modal kerja perusahaan.
Dalam keterbukaan informasi, Direktur FAST Wachjudi Martono menyampaikan bahwa fasilitas tersebut mencakup kredit investasi refinancing senilai Rp200 miliar, term loan senilai Rp525 miliar, dan kredit modal kerja sebesar Rp150 miliar.
Kredit investasi diberikan dalam dua tranche, yakni Rp150 miliar bersifat non-revolving, committed, advised dan Rp50 miliar bersifat non-revolving, uncommitted, advised. Fasilitas ini memiliki tenor selama 10 tahun dan akan digunakan untuk refinancing aset eksisting milik KFC Indonesia berupa gerai dan restaurant support center.
Sementara itu, kredit term loan sebesar Rp525 miliar juga dialokasikan untuk refinancing aset eksisting dengan jangka waktu pinjaman delapan tahun sejak penandatanganan perjanjian.
(wep)






























