Ia menekankan pentingnya mengetahui jenis patogen yang menyerang agar penanganan medis bisa lebih tepat sasaran.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa identifikasi bakteri dan virus juga berguna untuk melacak sumber kontaminasi.
"Kita juga bisa melacak sumbernya penyebabnya karena apa, karena masing-masing bakteri atau virus itu kan berbeda-beda timbulnya," ucapnya.
Salmonella dan E. coli, misalnya, sering berasal dari daging atau telur yang kurang matang, sementara Listeria dapat muncul pada produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi. Adapun Staphylococcus aureus kerap ditemukan pada makanan yang dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang.
Sedangkan untuk virus, norovirus dikenal sangat menular dan dapat menyebar cepat di lingkungan sekolah bila kebersihan tangan tidak dijaga. Sementara itu, hepatitis A virus biasanya menular melalui air atau makanan yang tercemar kotoran manusia.
Budi menegaskan pentingnya sinergi antara tenaga kesehatan, sanitarian, serta pengelola dapur MBG untuk memastikan keamanan makanan anak-anak. Pemeriksaan berkala dan penerapan standar higienitas, katanya, menjadi kunci mencegah terjadinya kasus keracunan berulang.
Dengan pemetaan bakteri dan virus ini, pemerintah berharap program MBG tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga memastikan keamanan pangan yang diterima siswa. "Kesehatan anak-anak adalah prioritas utama kita," kata Budi.
(dec/spt)






























