Materi terkait gizi dan keamanan pangan disebut sudah disusun bersama tim Kementerian Pendidikan. Jika disetujui, kurikulum tersebut akan segera diluncurkan dan diterapkan di berbagai jenjang pendidikan.
Budi menegaskan, pendidikan kesehatan di sekolah bukan hanya soal teori, tetapi juga pembiasaan sikap. “Anak-anak nanti tidak perlu menunggu diajarkan, tapi sudah bisa menilai sendiri mana makanan sehat dan mana yang berisiko,” katanya.
Kemudian Budi menjelaskan, selama ini pendidikan kesehatan di sekolah umumnya hanya dilakukan melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan fokus pada penyuluhan. Namun, menurutnya, peran guru dapat diperluas, termasuk memastikan makanan yang dikonsumsi siswa terjamin kualitasnya.
“Guru-guru bisa ikut melihat langsung, misalnya makanannya berlendir atau berbau. Jadi mereka bisa menjadi pengawas awal di sekolah. Anak-anak juga akan dididik agar lebih sadar mengenai gizi dan pangan,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan menjadi strategi jangka panjang pemerintah untuk membangun generasi yang lebih sehat, sekaligus mengurangi potensi masalah kesehatan akibat pangan yang tidak aman.
(dec/spt)
































