Logo Bloomberg Technoz

Presiden Donald Trump menggandakan tarif barang-barang India menjadi 50% bulan lalu, menuduh New Delhi membantu pemimpin Rusia Vladimir Putin membiayai perang di Ukraina. Pemerintah India menantang, dengan mengatakan tidak akan menghentikan impor energi Rusia dan menyebut tindakan AS "tidak adil, tidak bisa dibenarkan, dan tidak masuk akal."

Dalam pernyataan, Pemerintah India mengatakan negosiasi perdagangan di Washington pada 22-24 September lalu berlangsung konstruktif. Kedua belah pihak bertukar pandangan tentang "kemungkinan bentuk kesepakatan." 

Goyal bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dan Sergio Gor, calon Duta Besar AS untuk India. Mendag tersebut juga bertemu dengan para pengusaha dan investor India selama kunjungannya di sana.

Juru bicara Kedutaan Besar AS di New Delhi menyatakan mereka tidak bisa mengomentari percakapan diplomatik pribadi, sambil menegaskan kembali posisi pemerintahan Trump bahwa tindakan India melemahkan upaya AS dalam melawan Rusia.

Denda 25% terhadap India "bertujuan untuk mencegah negara-negara lain mendukung ekonomi Rusia melalui pendapatan minyak dan memberikan konsekuensi ekonomi yang serius terhadap Rusia atas agresinya yang sedang berlangsung," kata juru bicara tersebut, menjawab pertanyaan yang dikirim melalui email.

Imigrasi

Kebuntuan ini membuat prospek kesepakatan dagang menjadi tidak pasti, meski ada optimisme setelah perundingan dilanjutkan pekan lalu, serta Trump dan Perdana Menteri India Narendra Modi melakukan panggilan telepon. Tindakan keras Presiden AS baru-baru ini terhadap imigran pekerja terampil—aturan yang akan semakin merugikan warga negara India—semakin memperumit negosiasi.

Strategi luas New Delhi untuk mengamankan kesepakatan dagang, menurut narasumber yang mengetahui hal ini, meliputi pengurangan surplus perdagangan dengan AS dengan membeli lebih banyak barang Amerika, meningkatkan akses ke pasar India, dan mengurangi hambatan perdagangan.

Kapal Pengangkut Minyak Rusia Siap Ekspor.

India sedang mempertimbangkan membeli barang-barang bernilai tinggi sekitar US$40 miliar, seperti peralatan pertahanan dan minyak dari AS, kata narasumber tersebut, yang meminta tidak disebutkan namanya karena diskusi tersebut bersifat rahasia.

New Delhi juga membahas pembelian jagung rekayasa genetik dalam jumlah terbatas, bukan untuk konsumsi manusia, serta produk susu non-inti yang tidak diproduksi di negara tersebut. 

Defisit perdagangan AS dengan India mencapai US$42,7 miliar pada tahun 2024. 

Pada Kamis, Bloomberg melaporkan pejabat India juga telah menyampaikan kepada AS bahwa setiap pengurangan impor minyak Rusia secara signifikan akan mengharuskan Washington untuk mengizinkan pembelian minyak mentah dari pemasok yang disanksi, seperti Iran dan Venezuela.

(bbn)

No more pages