IDAI menegaskan keracunan makanan dapat memicu KLB karena satu sumber makanan mampu mencemari banyak orang, sedangkan alergi tidak menular. Yogi juga mengingatkan agar orang tua dan guru segera membawa anak ke dokter jika mengalami gejala parah seperti muntah berulang hingga tidak bisa minum, diare berdarah, tanda dehidrasi, atau demam tinggi yang tidak kunjung turun.
“Sebagian besar keracunan tidak mematikan, tapi komplikasi seperti gangguan ginjal, peradangan sendi, hingga gangguan saraf bisa terjadi. Edukasi kepada orang tua, guru, dan anak-anak menjadi kunci agar penanganan bisa cepat,” tutupnya.
Sebelumnya, Wakil Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang menegaskan bahwa kasus keracunan secara masif di sejumlah sekolahan tidak selalu disebabkan oleh makanan beracun atau tercemar. Menurut hasil investigasi BGN, sejumlah kasus dipicu oleh alergi makanan, bukan keracunan.
“Ini ada keracunan dan ada alergi, dua hal yang berbeda. Tidak semua hal itu dugaan keracunan, tapi ada hal yang karena alergi. Misalnya anak-anak alergi udang, bahkan ada yang alergi mayones,”
Nanik juga mengatakan sebenarnya pihak sekolah sebelumnya sudah diminta untuk mendata anak-anak yang memiliki riwayat alergi, namun sejumlah sekolah masih ada yang terlewat dalam melakukan pencatatan.
(fik/del)




























