Berikut penjelasan sains mengenai ada atau tidaknya kaitan antara Tylenol dan autisme.
Apa yang dikatakan penelitian tentang autisme dan asetaminofen/paracetamol?
Hasil dari berbagai studi masih bercampur. Lebih jauh lagi, penelitian yang menyelidiki kaitan antara autisme dan asetaminofen tidak didasarkan pada eksperimen terkontrol, melainkan pada studi observasional, di mana peneliti mengumpulkan data dari sekelompok orang dan mencoba menghubungkan sesuatu dari mereka dengan suatu hasil.
Karena begitu banyak faktor lain yang dapat memengaruhi hasil, studi semacam ini memiliki keterbatasan dalam menentukan hubungan sebab-akibat. Hasilnya pun sering kali tidak bisa direplikasi.
Sebuah studi pada 2008 menemukan penggunaan asetaminofen pada bayi usia 12 hingga 18 bulan yang mengalami demam dikaitkan dengan diagnosis gangguan spektrum autisme. Studi tersebut tidak mencapai kesimpulan pasti, dan para peneliti menyerukan analisis lebih lanjut.
Studi pada 2019 dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health mengaitkan paparan obat tersebut di dalam kandungan dengan autisme. (Sekolah tersebut didukung oleh Michael Bloomberg, pendiri dan pemilik mayoritas Bloomberg LP.)
Pada 2024, sebuah studi luas menganalisis catatan 2,5 juta saudara kandung yang lahir di Swedia selama 25 tahun dan tidak menemukan peningkatan risiko autisme ketika ibu mereka mengonsumsi asetaminofen saat hamil.
Awal tahun ini, sebuah tinjauan terhadap 46 studi sebelumnya menemukan bahwa paparan asetaminofen selama kehamilan mungkin meningkatkan risiko gangguan perkembangan saraf, tetapi tidak menemukan bahwa obat tersebut secara langsung menyebabkannya.
Salah satu penulis studi itu, Andrea Baccarelli, dekan Harvard TH Chan School of Public Health, menjadi saksi ahli bagi para penggugat yang mengklaim paparan Tylenol selama kehamilan menyebabkan autisme. Namun, kesaksiannya dikesampingkan oleh seorang hakim, yang menulis bahwa ia tidak menggunakan “ketelitian yang cukup” dalam mengukur hubungan antara paparan asetaminofen dalam kandungan dan gangguan perkembangan saraf.
Hakim menyimpulkan bahwa para penggugat dalam lebih dari 400 gugatan asetaminofen telah bergantung pada sains yang cacat.
Kenvue Inc., produsen Tylenol, menunjuk pada “ilmu independen yang solid” yang menunjukkan bahwa asetaminofen tidak menyebabkan autisme.
Apakah tingkat diagnosis autisme meningkat?
Ya. Sebuah studi pada 2024 menemukan tingkat diagnosis autisme meningkat 175% selama satu dekade. Hal ini sebagian disebabkan oleh definisi yang lebih luas dalam edisi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders tahun 1994 yang memasukkan sindrom Asperger. Selain itu, peningkatan ini juga mencerminkan tes diagnostik yang lebih meluas, terutama pada orang dewasa muda, bukan hanya anak-anak.
Sebuah studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menemukan 1 dari 31 anak berusia 8 tahun didiagnosis dengan autisme pada 2022. Anak laki-laki juga tiga kali lebih mungkin didiagnosis dengan kondisi tersebut dibandingkan anak perempuan.
Apa rekomendasi saat ini untuk perempuan hamil?
Perempuan biasanya disarankan mengonsumsi asetaminofen untuk mengatasi rasa sakit atau demam, dengan menggunakan dosis efektif terendah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.
Bagi banyak orang, ini satu-satunya cara untuk mengatasi masalah tersebut, karena perempuan hamil sebaiknya menghindari ibuprofen dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) lainnya, yang dapat menyebabkan masalah ginjal pada janin dan menurunkan kadar cairan ketuban.
American College of Obstetricians and Gynecologists menyatakan bahwa asetaminofen adalah salah satu obat pereda nyeri yang aman bagi perempuan hamil, dan pasien tidak boleh “ditakut-takuti” untuk tidak mengonsumsi obat tersebut.
Pada 22 September, Badan Regulasi Obat dan Produk Kesehatan (MHRA) Inggris mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali bahwa parasetamol, sebagaimana obat itu dikenal di luar AS, aman dikonsumsi selama kehamilan, dan tidak ada bukti bahwa obat tersebut menyebabkan autisme pada anak.
Apa risiko demam saat kehamilan?
Meskipun Presiden Trump dalam pernyataannya pada 22 September menyarankan perempuan hamil menggunakan Tylenol untuk mengendalikan demam hanya jika mereka tidak bisa “menahannya,” demam selama kehamilan justru meningkatkan kemungkinan cacat lahir serius dan terkadang fatal, termasuk spina bifida. Demam juga meningkatkan risiko keguguran.
Menyalahkan asetaminofen sebagai penyebab autisme bisa meningkatkan risiko bagi kesehatan perempuan, kata David Mandell, seorang epidemiolog dari University of Pennsylvania yang meneliti autisme.
“Saya sangat khawatir perempuan hamil yang mengalami demam akan membiarkannya tanpa pengobatan,” ujarnya.
Apa yang pernah dikatakan Robert Kennedy tentang autisme?
Sebelumnya, Kennedy sejak lama mempromosikan gagasan bahwa vaksin menyebabkan autisme, sebuah teori yang sudah dibantah dan berasal dari makalah ilmiah palsu yang ditarik kembali pada 2010.
Dewan Medis Umum Inggris mencabut lisensi medis penulis makalah tersebut, Andrew Wakefield, karena pekerjaan yang dianggap “tidak jujur” dan “tidak bertanggung jawab.” Namun pada saat itu, sebagian orang tua sudah terlanjur mempercayai gagasan bahwa vaksin menjadi penyebab meningkatnya diagnosis autisme.
Pada April lalu, dua bulan setelah ia dilantik sebagai menteri HHS, lembaga yang dipimpin Kennedy melaporkan bahwa 1 dari 31 anak didiagnosis dengan autisme per 2022. Kennedy mengatakan Trump telah memintanya untuk mencari akar penyebab dari berbagai penyakit masa kanak-kanak, termasuk autisme.
Belakangan, muncul beberapa seruan dari para pendukung Kennedy tentang dugaan bahaya asetaminofen. Aktivis sayap kanan Laura Loomer menulis di X pada 2 September dan berspekulasi tentang kaitannya. Children’s Health Defense, organisasi advokasi anti-vaksin yang didirikan Kennedy, juga berspekulasi mengenai kaitan tersebut baru-baru ini pada 15 September.
(bbn)

































