Logo Bloomberg Technoz

Namun demikian, pelemahan rupiah terjadi bersama–sama dengan mata uang valuta Asia lain. Won Korea Selatan jadi yang terlemah hari ini dengan pelemahan mencapai 0,53%, disusul oleh rupiah Indonesia 0,46% yang berada di urutan kedua terlemah, menyusul rupee India yang juga melemah 0,37%, lalu ada peso Filipina 0,3%.

Baht Thailand juga melemah 0,21%, bersama ringgit Malaysia 0,2%, yen Jepang 0,18% juga dolar Taiwan dan dolar Singapura  yang tergerus 0,09% dan 0,07%.

Mata Uang Asia vs Dolar AS (Sumber: Bloomberg)

Hanya dolar Hong Kong yang masih bertahan di zona hijau dengan penguatan 0,02% sampai sore ini.

Beban yang dialami oleh mata uang Asia terjadi ketika Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia), atau DXY, menguat 0,3% point–to–point ke level 96,899.

Laju rupiah di zona merah sepanjang hari berlangsung saat desakan jual juga membesar di pasar saham. IHSG dibuka hijau pagi tadi dan berbalik arah jadi melemah, IHSG ditutup melemah 0,21% ke level 8.008, tersengat sentimen profit taking.

Adapun di pasar Surat Utang Negara, semua tenor mencatat penurunan tingkat imbal hasil alias yield.

Penurunan yield mengindikasikan banyak investor berminat memegang surat utang terbitan Pemerintah RI sehingga harganya tertarik ke atas.

Yield tenor 2 tahun, berdasarkan data real time OTC Bloomberg, terpantau melemah 5,6 basis poin di level 5,001%. Sedangkan tenor 5 tahun turun 10 bps ke level 5,357%. Tenor acuan 7 tahun merah 13,7 bps ke level 5,722%.

Penurunan yield juga cukup banyak terjadi juga untuk tenor pendek 10 tahun, sebanyak 0,8 bps, disusul oleh tenor 15 tahun sebanyak 3 bps dan 20 tahun juga turun hingga 0,7 bps. Tenor lebih panjang, 30 tahun, juga terpangkas imbal hasilnya hingga -1,4 bps ke level 6,857%.

Reli harga Surat Utang Negara di pasar masih berlanjut terdorong keputusan penurunan suku bunga acuan BI Rate kemarin, ketika sinyal Hawkish dari hasil pertemuan Bank Sentral AS dini hari tadi membebani rupiah dan pasar obligasi global hari ini.

Pada pertemuan FOMC yang diumumkan hasilnya dini hari tadi, kebijakan Bank Sentral paling berpengaruh di dunia itu sesuai dengan prediksi pasar yaitu penurunan bunga acuan Fed Rate sebesar 25 basis poin.

Gubernur Fed Jerome Powell dalam keterangan kepada media usai rapat FOMC dan keputusan pemangkasan suku bunga 25 bps. (Bloomberg)

Namun, sinyal yang dilempar oleh Gubernur The Fed Jerome Powell menunjukkan gelagat lebih Hawkish ke depan. Powell mengindikasikan ia masih memegang pendekatan yang berhati–hati dengan menimbang risiko inflasi.

Powell bilang, ia siap melonggarkan kebijakan demi mencegah pemburukan pasar tenaga kerja yang menurutnya tidak lagi dianggap 'sangat solid'. Namun, ia menggarisbawahi The Fed masih jauh dari beralih ke mode pemadam kebakaran.

Ia mengatakan, otoritas masih perlu memastikan tarif Trump tidak memicu lagi inflasi dan pengambil kebijakan akan memantau situasi pada setiap pertemuan ke depan.

Dot Plot terbaru memperhitungkan dua pemangkasan bunga acuan terjadi lagi tahun ini dan satu kali pada 2026. “Ini bukan Hawkish, tapi lebih Hawkish dari yang diharapkan oleh pasar,” kata Bret Barker, dari TCW Group, seperti yang diberitakan Bloomberg News.

Dari dalam negeri, para investor mencermati pelebaran defisit APBN tahun 2026 yang diperkirakan akan menyentuh 2,68% dari Produk Domestik Bruto.

Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Kementerian Keuangan menyepakati perubahan postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dengan defisit yang lebih tinggi. 

Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah menjelaskan, defisit anggaran ditetapkan sebesar Rp689,15 triliun atau mencapai 2,68% terhadap Produk Domestik Bruto, naik dari usulan sebelumnya Rp638,8 triliun atau setara 2,48% PDB.

Ilustrasi APBN Defisit (Bloomberg Technoz/Asfahan)

“Persentase defisit terhadap PDB yang awalnya 2,48 (%) Kini menjadi penyesuaiannya 2,68%, atau ada kenaikan 0,2%,” jelas Said dalam rapat kerja dengan Kemenkeu di Gedung Parlemen Jakarta, Kamis.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, defisit anggaran tahun depan tetap dijaga di bawah 3% demi kehati–hatian fiskal.

“Dalam surat Pemerintah, posturnya adalah Untuk RAPBN tahun 2026 ini Pendapatan negara dalam postur sementara Rp3.153,6 triliun. Kesepakatan dengan Banggar Rp3.153,6 triliun, ada selisih Rp5,9 triliun. Penerimaan perpajakan Rp2.692 triliun, menjadi Rp2.693,7 triliun. Ada peningkatan, karena memang pendapatan negara ini naik," jelas Ketua Banggar DPR.

(fad/ain)

No more pages