“Artinya untuk memenuhi kebutuhan nasional, maka diperlukan impor 0,66 juta barel per hari. Produksi nasional kita saat ini 0,60 juta bph, untuk memenuhi kebutuhan kilang saja sebesar 1,2 juta bopd masih butuh 600 bopd import crude [minyak mentah] dari luar,” kata Hadi ketika dihubungi, Senin (8/9/2025).
Untuk itu, dia menilai produksi minyak mentah yang ideal bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kilang milik Pertamina yakni sebesar 1,2 juta bph. Namun saat ini, produksi siap jual atau lifting minyak Indonesia sepanjang semester I-2025 hanya mencapai 572.000 bph.
Kilang Baru
Dengan demikian, Hadi menyarankan pemerintah untuk membangun kilang baru dengan kapasitas 400.000 bph agar produksi minyak mentah Indonesia mencukupi untuk memasok kebutuhan BBM sekitar 1,5 juta bph.
Dengan begitu, impor BBM dan minyak mentah yang dilakukan pemerintah dapat makin ditekan.
“Kalau lebih hebat lagi, more than ideal adalah produksi crude sekitar 2,14 juta bph untuk memenuhi kebutuhan BBM Indonesia sekitar 1,5 juta bph,” ujarnya.
Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut akan segera mensinkronkan data pasokan dan kebutuhan impor BBM antara Pertamina dan BU hilir migas swasta.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengelaborasi sinkronisasi data kebutuhan BBM tersebut penting lantaran sebelumnya pemerintah sudah memberikan tambahan kuota impor 2025 sebesar 10% kepada BU swasta.
Untuk itu, pemerintah ingin mencari tahu penyebab gangguan pasok yang saat ini dialami oleh operator SPBU swasta, padahal kuota impor BBM-nya sudah ditambah.
Pada dasarnya, kata Laode, sinkronisasi data tersebut juga akan membahas soal kemungkinan BU swasta untuk membeli BBM dari kilang milik Pertamina, alih-alih menambah kuota impor.
“Kan sudah dikasih 10% [kuota impor BBM SPBU swasta tahun ini]. Kan tadi itu kita sinkronkan,” ujarnya.
Menurut Laode, pemerintah lebih menyarankan agar BU swasta membeli tambahan pasok BBM dari kilang Pertamina. Terlebih, persyaratan spesifikasinya juga sudah diatur oleh Ditjen Migas Kementerian ESDM.
“Teknisnya nanti akan dibahas lebih lanjut. [...] Sinkronisasi data itu adalah [untuk] mengoptimalkan apa yang sudah kita miliki di dalam negeri, yaitu hasil dari BUMN, yaitu dari Pertamina. Itu sinkronisasi,” tegasnya.
Untuk diketahui, dua perusahaan ritel BBM swasta—yakni Shell Indonesia dan BP-APKR — melaporkan kehabisan pasokan sejak akhir bulan lalu.
BP-AKR melaporkan kelangkaan pasokan BBM itu terjadi untuk produk BP Ultimate dengan RON 95 dan BP 92 dengan RON 92.
Sementara itu, Shell Indonesia melaporkan kehabisan pasokan pada lini produk Shell Super, Shell V-Power dan Shell V-Power Nitro+.
Namun, President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian tidak menjelaskan penyebab pasti gangguan pasok BBM di SPBU perseroan, yang notabene merupakan kejadian yang sudah beberapa kali terulang sejak awal tahun ini.
“Produk BBM Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ tidak tersedia di beberapa jaringan SPBU Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan,” ujarnya saat dimintai konfirmasi, Rabu (27/8/2025).
Adapun, impor minyak mentah dan hasil minyak (termasuk BBM) Indonesia mengalami lonjakan pada Juli dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menurut data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir awal pekan ini.
Impor minyak mentah pada Juli 2025 mencapai US$786 juta, membengkak 34,92% secara bulanan. Adapun, impor hasil minyak turut naik 5,38% secara bulanan menjadi US$1,72 miliar pada Juli.
Secara kumulatif, impor minyak mentah Januari—Juli 2025 mencapai US$4,96 miliar, turun 21,07% dari rentang yang sama tahun lalu. Impor hasil minyak Januari—Juli US$13,41 miliar, juga turun 12,20% secara tahunan.
(azr/wdh)
































