Pemerintahan Trump pekan lalu memberlakukan tarif 50% untuk barang-barang India yang dikirim ke AS, tarif tertinggi di Asia, sebagai sanksi atas pembelian energi tersebut.
Anil Trigunayat, mantan Duta Besar India untuk Yordania, Libya, dan Malta, menilai tindakan Trump telah menunjukkan bahwa New Delhi tidak bisa bergantung pada hubungannya dengan AS
"Penting bagi negara-negara seperti India untuk menemukan jalan dan mitranya sendiri," kata Trigunayat kepada Times Now pada Minggu.
Modi berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebelum bertolak ke China, menegaskan kembali seruannya untuk perdamaian. Zelenskiy mengatakan India siap "memberi sinyal yang tepat pada Rusia dan para pemimpin lainnya" selama pertemuan Modi di Tianjin.
Modi terakhir kali berbicara dengan Putin setelah pemimpin Rusia tersebut bertemu Trump di Alaska untuk mengupayakan kesepakatan perdamaian. Putin diperkirakan akan mengunjungi India akhir tahun ini.
Para pembantu Trump seperti Peter Navarro mengatakan India mendapat untung dari perang lewat membeli minyak dengan harga diskon dari Rusia—mengolahnya dan menjualnya pada pembeli di Eropa dan negara-negara lain.
Para pejabat tinggi Modi membela hubungan jangka panjang India dengan Rusia dan berpendapat bahwa AS sebelumnya mendorong impor minyak tersebut guna mencegah harga minyak global tergelincir.
Navarro kembali mengkritik pada Minggu, mengatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa India tidak membeli banyak minyak dari Rusia sebelum Ukraina diserang besar-besaran. Namun, India kini justru menjadi "mesin perang Rusia." Ia menambahkan "India hanyalah tempat pencucian uang bagi Kremlin."
"Modi adalah pemimpin yang hebat," kata Navarro. "Saya tidak mengerti mengapa dia bersekongkol dengan Putin dan Xi Jinping, padahal dia adalah pemimpin negara demokrasi terbesar di dunia."
Perang dagang Trump dengan China dan India telah mempercepat upaya kedua negara untuk memperbaiki hubungan setelah mereka mengambil langkah awal tahun lalu untuk meredakan ketegangan di sepanjang perbatasan tak bertanda sepanjang 3.488 km.
"Situasi internasional saat ini dinamis sekaligus kacau," kata Xi dalam pertemuan dengan Modi. Sudah sepantasnya China dan India "menjadi teman yang memiliki hubungan baik dan bersahabat, mitra yang saling mendukung kesuksesan, dan bagaikan naga dan gajah menari bersama," ujarnya.
Modi berusaha memperkuat ekonomi India di tengah tarif Trump, dengan memotong pajak untuk meningkatkan belanja domestik sambil mencari pasar baru untuk barang-barangnya. AS merupakan pasar ekspor terbesar India, dan ekonom seperti Citigroup Inc memprediksi tarif akan mengurangi laju pertumbuhan tahunan hingga 0,8 poin persentase.
Sebelum ke China, Modi mengunjungi Jepang selama dua hari, di mana ia memperoleh janji investasi hingga ¥10 triliun (US$68 miliar) dari PM Jepang Shigeru Ishiba. Investasi ini merupakan bagian dari perjanjian keamanan ekonomi lebih luas yang mencakup kerja sama di bidang semikonduktor, mineral kritis, dan kecerdasan buatan.
Kedua belah pihak juga meluncurkan inisiatif baru untuk mendukung perusahaan rintisan (startup), serta bekerja sama di sektor energi bersih dan antariksa.
(bbn)


























