Terkait perkembangan terbaru di pasar, Jeffrey memastikan bahwa bursa tidak akan melakukan penyesuaian kebijakan. Seluruh agenda regulasi maupun peluncuran produk tetap berjalan sesuai rencana.
“Pengumuman aturan masih on track, produk-produk juga masih on track. Tidak ada percepatan untuk menyesuaikan kondisi. Semuanya berjalan sebagaimana jadwal,” tegasnya.
Pada penutupan perdagangan sesi I, Jumat (29/8/2025) indeks komposit anjlok hingga 2,27% ke posisi 7.771 dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya di level 7.952. Sepanjang perdagangan, indeks bergerak di rentang 7.767 hingga 7.913 setelah di buka di posisi 7.899.
Sebanyak 662 saham menekan indeks hari ini dengan bergerak ke zona merah, 89 saham masih menghijau dan 49 saham stagnan. 33,99 miliar saham beredar dengan nilai transaksi mencapai Rp13,31 triliun. Sementara itu, kapitalisasi pasar mencapai Rp14.093,69 triliun.
Tim Analis Mega Capital Sekuritas menilai eskalasi kondisi sosial pasca-demonstrasi 28 Agustus 2025 berpotensi menekan pasar keuangan domestik. Hingga Jumat (29/8/2025) pagi, konsentrasi massa dan kericuhan masih terjadi di sejumlah titik, sehingga menambah ketidakpastian di pasar.
“Dalam diskusi kami dengan seorang ahli politik tadi malam, terlihat potensi ketidakpuasan terhadap kinerja parlemen berkembang menjadi konflik antar kelas. Situasi terus berkembang ke arah yang sulit ditebak,” tulis Mega Capital dalam riset harian, Jumat (29/8/2025).
Menurut mereka, risiko sosial tersebut berpotensi memicu aksi fire sale dari investor terhadap aset berisiko. Rupiah diperkirakan terdepresiasi di kisaran Rp16.400–Rp16.500 per dolar AS, dengan kemungkinan melemah lebih lanjut menuju Rp16.500–Rp16.700 per dolar AS jika eskalasi terus berlanjut.
Tekanan pada rupiah juga diperkirakan berdampak ke pasar surat utang negara (SUN). Yield SUN tenor 10 tahun diperkirakan bergerak di rentang 6,35%–6,55%.
(dhf)






























