Penurunan nilai tersebut melonjak hampir enam kali lipat menjadi 152,8 juta ringgit, menurut laporan tersebut.
Merek makanan cepat saji asal AS menghadapi boikot yang makin intensif sejak tahun lalu karena keterkaitannya yang dianggap ada dengan Israel di tengah pertempuran di Gaza.
Chief Executive Officer Starbucks, Brian Niccol, dalam kunjungan pertamanya ke Timur Tengah sejak menjabat tahun lalu, mengatakan boikot tersebut “tidak didasarkan pada hal apa pun yang akurat atau benar. Kami tidak pernah mendukung militer mana pun.”
(bbn)
No more pages
































