Perusahaan juga sedang bekerja sama dengan Microsoft dan Esri dalam inisiatif pemetaan yang akan meningkatkan kemampuan pemetaan di seluruh benua.
“Ada banyak pekerjaan yang perlu dilakukan secara lokal di setiap negara, di setiap negara,” kata Al Hosani dalam wawancara di Bloomberg Television. “Jadi, bagian dari proses kami adalah mengidentifikasi entitas dan mitra, baik di sektor swasta maupun sektor pemerintah, dan secara paralel.”
Afrika merupakan pasar yang menarik bagi perusahaan satelit, dengan populasi muda yang tumbuh pesat dan semakin membutuhkan akses internet, serta pasar darat yang masih meninggalkan sebagian besar wilayah benua tanpa jangkauan. Namun, keragaman persyaratan regulasi di 54 negara di Afrika telah menjadi tantangan.
Di Afrika Selatan, ekonomi terbesar di Afrika, Elon Musk telah berjuang melawan otoritas untuk melonggarkan aturan Black Economic Empowerment yang mengharuskannya menyerahkan 30% saham kepemilikan kepada pemegang saham kulit hitam untuk mendapatkan lisensi.
Jika upaya Elon Musk meyakinkan otoritas untuk mengganti persyaratan tersebut dengan program investasi alternatif berhasil, hal ini juga akan membuka jalan bagi Space42.
Starlink, milik SpaceX, memiliki keunggulan dibandingkan perusahaan Emirati baru dengan sekitar 8.000 satelit orbit rendah yang melayani negara-negara di seluruh dunia. Space42 memiliki delapan satelit, dengan rencana meluncurkan tiga satelit lagi tahun ini, yang menawarkan berbagai jenis cakupan di 150 negara di Afrika, Timur Tengah, sebagian Eropa, dan sebagian besar Asia.
“Persaingan selalu sehat,” kata Al Hosani.
(bbn)
































