Kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 3.338/troy ons. Turun 0,21% dibandingkan hari sebelumnya.
Fokus pelaku pasar kini tertuju di simposium tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming. Pidato Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell akan dinanti, karena bisa memberi petunjuk soal arah kebijakan moneter ke depan.
Sejauh ini pasar masih meyakini bahwa suku bunga acuan akan turun dalam rapat The Fed bulan depan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% dalam rapat September adalah 75%.
Meski masih cukup tinggi, tetapi kemungkinan itu adalah yang terendah dalam sebulan terakhir.
Kegamangan pasar makin terlihat kala peluang suku bunga acuan bertahan di 4,25-4,5% makin tinggi. Kini angkanya mencapai 25%, tertinggi dalam sebulan terakhir.
“Jika memangkas (suku bunga) terlalu cepat atau terlalu agresif, maka The Fed berisiko menyebabkan ekspektasi inflasi makin tinggi. Namun kalau bergerak terlalu lambat, maka ada risiko pasar tenaga kerja makin melemah dan ekonomi sulit tumbuh,” kata Jim Baird dari Plante Moran Financial Advisors, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Sebaliknya, memegang emas jadi kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi. Kemungkinan suku bunga acuan tidak turun membuat harga emas melemah.
(aji)





























