Logo Bloomberg Technoz

Saham–saham infrastruktur, saham energi, dan saham barang baku menjadi pemberat pelemahan laju IHSG dengan tertekan mencapai 2,2%; 1,09%; dan 0,86%

Di samping itu, masih ada saham–saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya saham PT First Media Tbk (KBLV) melesat 34,69%, saham PT Pakuan Tbk (UANG) melonjak 25%, dan saham PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) melejit 24,68%.

Sedangkan saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain saham PT Berlina Tbk (BRNA) jatuh 14,89%, saham PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) ambruk 14,06%, dan saham PT Jantra Grupo Indonesia Tbk (KAQI) ambles 11,39%.

Bursa saham Asia lainnya berhasil menguat pada perdagangan hari ini, berseberangan dengan IHSG, Shenzhen Comp (China), NIKKEI 225 (Tokyo), Topix (Jepang), Shanghai Composite (China), CSI 300 (China), TW Weighted Index (Taiwan), dan PSEI (Filipina) berhasil menguat masing–masing mencapai 1,73%; 1,71%; 1,63%; 0,83%; 0,70%; 0,40%; dan 0,38%.

Shenzhen Comp. China Menguat 1,73% pada Jumat 15 Agustus (Bloomberg)

Di sisi yang sama dengan IHSG, Hang Seng (Hong Kong), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), Straits Times (Singapura), SETI (Thailand), dan KLCI (Malaysia) tertekan dan drop dengan masing–masing 0,98%; 0,65%; 0,61%; 0,57%; dan 0,30%.

Sejumlah bursa saham Asia dan IHSG bergerak bersamaan dengan momentum mixed di bursa saham Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan sebelumnya, tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup bervariasi.

Dow Jones Industrial Average dan Nasdaq Composite ditutup di zona merah dengan pelemahan 0,02% dan 0,01%. Sedang S&P 500 masih berhasil menguat 0,03%.

Sentimen yang beragam di IHSG dan bursa Asia hari ini datang dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, di mana inflasi Indeks Harga Produsen (IHP) Juli mencatat kenaikan 0,9% secara bulanan—merupakan kenaikan terbesar sejak inflasi konsumen memuncak pada Juni 2022. Secara tahunan, IHP tumbuh 3,3%.

"Pekan ini IHK jadi sorotan, tapi IHP–lah yang menceritakan cerita sebenarnya—tekanan biaya yang kembali meningkat di rantai pasok," jelas Michelle Green, Kepala Ekonom Board. 

"Perayaan pasar atas disinflasi mungkin terlalu dini. Laporan hari ini adalah peringatan risiko inflasi belum usai—dan perhitungan The Fed untuk September kini menjadi jauh lebih rumit."

Green menambahkan laju tahunan inflasi IHP berada jauh di atas target dan berpotensi "merembes" ke inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam beberapa bulan mendatang.

"The Fed kini menghadapi sinyal yang saling bertentangan antara moderasi harga konsumen dan lonjakan biaya produsen—situasi yang jauh lebih menantang untuk mengambil kebijakan," kata Green, seperti yang diberitakan Bloomberg News.

Probabilitas Federal Funds Rate September 2025 (Sumber: CME FedWatch)

"Sejarah menunjukkan IHP cenderung mendahului IHK dengan jeda waktu tertentu."

Menanggapi data inflasi IHP tersebut, pelaku pasar mengurangi taruhan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada September. Namun, pemangkasan seperempat poin masih menjadi skenario yang paling mungkin terjadi pada pertemuan berikutnya.

Inflasi produsen itulah yang membuat sebagian pembuat kebijakan ragu karena tekanan harga tampak kembali meningkat.

Sebelumnya, Gubernur The Fed St Louis Alberto Musalem mengatakan masih terlalu dini baginya untuk memutuskan apakah suku bunga perlu diturunkan bulan depan. Ketika ditanya soal kemungkinan pemangkasan 50 basis poin, ia mengatakan kepada CNBC bahwa langkah tersebut "tidak didukung oleh kondisi ekonomi saat ini maupun proyeksi ke depan."

Minggu depan, fokus investor akan tertuju pada simposium tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming, di mana Gubernur Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan pidato.

"Komentar Powell di Jackson Hole sangat penting karena pasar saham terus menguat dalam beberapa pekan berkat ekspektasi pemangkasan suku bunga pada September, dan investor menantikan validasi tambahan terhadap ekspektasi tersebut," kata Clark Geranen, Kepala Strategi Pasar CalBay Investments.

(fad/ros)

No more pages