Logo Bloomberg Technoz

"Yang paling untung dari Rojali ini, F&B makanan, retail F&B kami naik 5-10% [per bulan]. Karena mereka nongkrong pasti lihat, muter-muter haus, minum," katanya pada awak media saat ditemui di Jakarta, Rabu (23/7) lalu.

Menurutnya, sekarang ini masyarakat sudah beralih kebiasaan. Meski begitu, fenomena Rojali bukanlah hal baru di dunia usaha. Kendati demikian, Budihardjo menilai fenomena tersebut hanya berdampak di sektor F&B saja.

Sedang untuk sektor lain masih mengalami penurunan, seperti di fesyen dan department store. Kata dia, sektor tersebut belum terjadi pemulihan sebab masih terdampak dari adanya perubahan perilaku konsumen yang gemar belanja melalui online.

"Karena terdampak dengan online tadi. Penurunan (sektor) baju masih 10% sampai 15%. Belum balik dari covid-19. DeptStore juga banyak yang keok juga bahasanya. Karena ya itu online shifting," pungkasnya.

Berdasarkan data Colliers Indonesia, Food and Beverages (F&B) menjadi sektor yang memiliki peran penting untuk menaikkan tingkat keterisian di pusat perbelanjaan yang ada di Indonesia di sepanjang semester I-2025.

"F&B masih menjadi driver peningkatan hunian mall dan beberapa masih antusias membuka cabang baru. Kombinasi F&B dan lifestyle tenant juga bisa membantu kenaikan tingkat okupansi," kata Senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto, 

Saat ini, sektor makanan dan minuman menyangga sekitar 41,2% dari okupansi pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta pada Semester I-2025. Sementara itu, sektor fashion dan apparel menyumbang sekitar 22,1% dari tingkat keterisian mal.

Selanjutnya, sektor beauty and wellness menyumbang 12,2% dari tingkat keterisian mal. Sebanyak 7,4% diiisi oleh tenant-tenant lifestyle,  6,7% disumbang dari home and furniture. Sisanya  disumbang oleh watch and jewelry serta lainnya masing masing sebesar 5,1% dan 5,3%.

(ell)

No more pages