Rupiah bersama mata uang Asia banyak diuntungkan oleh sentimen penurunan suku bunga The Fed yang makin menguat pasca data tenaga kerja AS nan lemah.
Kini, sentimen bertambah kian dovish menyusul pernyataan Daly yang mengatakan sudah dekat waktunya bagi otoritas moneter AS itu untuk menurunkan suku bunga acuan, melihat kondisi pasar tenaga kerja yang kian melemah, seperti dilaporkan oleh Reuters.
Selain itu, tidak ada pula tanda-tanda bahwa inflasi merayap naik karena kebijakan tarif Presiden Donald Trump.
"Saya bersedia menunggu siklus berikutnya, tapi saya tidak bisa menunggu selamanya," kata Daly ketika ditanya tentang keputusan The Fed pekan lalu.
Dua kali pemotongan suku bunga sebanyak 25 basis poin untuk tahun ini seperti yang terungkap dalam dot plot pertemuan Juni lalu, menurut Daly, tampaknya masih merupakan jumlah yang tepat.
"Tentu kami bisa melakukan kurang dari dua kali pemotongan jika inflasi meningkat dan meluas atau jika pasar tenaga kerja pulih. Saya pikir kemungkinan besar kita harus melakukan lebih dari dua kali menurut saya, kita juga harus siap melakukan lebih banyak lagi jika pasar tenaga kerja terlihat memasuki periode pelemahan dan kita masih belum melihat dampaknya terhadap inflasi," jelas Daly.
Di pasar swap, para traders menaikkan taruhan penurunan Fed fund rate pada pertemuan September dengan probabilitas mencapai 94,4%. Sedangkan untuk pertemuan The Fed pada bulan Oktober serta Desember, peluang penurunan bunga acuan mencapai masing-masing 67,6% dan 56,7%. Probabilitas itu meningkat dari sebesar 30,7% dan 20,2% pada pekan lalu.
Reli surat utang
Ekspektasi penurunan bunga acuan yang meningkat tajam akibat data mengejutkan pasar tenaga kerja AS, ditambah pernyataan sangat dovish dari Daly, memperpanjang reli harga surat utang AS, US Treasury.
Pagi ini, yield UST turun di semua tenor di mana yield UST-2Y kini menyentuh 3,665%. Sedangkan tenor 5Y dan 10Y masing-masing makin turun di 3,728% dan 4,183%.
Perkembangan pasar global yang menaikkan taruhan besar pada penurunan bunga acuan, memicu reli serupa di pasar domestik. Kemarin, semua tenor Surat Utang Negara (SUN) terpangkas imbal hasilnya, mencerminkan kenaikan harga.
Melansir data Bloomberg, pada sesi sore perdagangan hari Senin kemarin, penurunan terbesar dicatat oleh tenor 5Y dan 10Y, sebesar 8,1 bps dan 7,6 bps. Yield masing-masing tenor itu kini berada di 6,081% dan 6,483%. Sedangkan tenor 2Y, yield-nya turun 4,8 bps kini di 5,724%.
Reli harga SUN kemungkinan akan berlanjut hari ini terutama bila data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang diumumkan siang nanti lebih buruk ketimbang perkiraan pasar.
Kondisi ekonomi domestik yang kian lemah akan memberi dorongan lebih besar bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan lebih agresif pemangkasan suku bunga acuan, terlebih dengan lanskap global yang juga cenderung dovish.
Bunga acuan yang turun menjadi sentimen bagus bagi harga surat utang sehingga dana investor berpeluang menyasar aset pendapatan tetap yang dinilai lebih stabil.
Melansir data Kementerian Keuangan per 1 Agustus, investor asing mencatat pembelian bersih surat utang RI senilai US$ 164,2 juta, sekitar Rp2,7 triliun sehingga menambah nilai pembelian selama kuartal III-2025 menjadi sebesar US$ 1,16 miliar, setara Rp19,01 triliun.
Alhasil, sepanjang tahun ini, pemodal asing mencetak posisi net buy surat utang terbitan Pemerintah RI sebesar US$ 3,70 miliar, sekitar Rp60,64 triliun.
Aliran modal asing ke surat utang RI, berkebalikan dengan tekanan jual yang di pasar saham. Pada perdagangan kemarin, Senin (4/8/2025), asing kembali melepas posisi di saham domestik senilai US$ 62,1 juta, sekitar Rp1,01 triliun.
Sehingga selama kuartal III saja, asing masih net sell Rp9,47 triliun dan sepanjang tahun ini membukukan penjualan bersih di ekuitas domestik sebesar US$ 3,81 miliar. Dengan kurs saat ini, nilai itu setara Rp62,44 triliun.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan, mencermati sejumlah sentimen positif, dengan target menguat menuju level Rp16.350/US$ yang menjadi resistance pertama. Sedangkan target penguatan kedua akan melaju ke Rp16.300/US$.
Apabila kembali break kedua resistance tersebut dengan optimis, rupiah berpotensi menguat lanjutan dengan menuju level Rp16.280/US$ sebagai resistance paling potensial di sMA-50.
Jika rupiah mengalami pelemahan hari ini, support menarik dicermati ada pada level di range Rp16.400/US$ dan Rp16.410/US$ hingga Rp16.450/US$ sebagai support terkuat.
(rui)





























