RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI di atas 70 juga menjadi sinyal sudah tergolong jenuh beli (overbought).
Hawa overbought kian terasa dengan indikator Stochastic RSI yang mencapai 91. Sudah di atas 80, juga jenuh beli.
Oleh karena itu, ada risiko harga emas bisa turun lagi pada Agustus. Target support terdekat adalah US$ 3.052/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka bisa jadi harga emas akan menguji support lanjutan di US$ 2.705 yang menjadi MA-10.
Adapun US$ 3.332/troy ons akan menjadi pivot point. Dari sini, ada harapan harga emas bisa mengetes resisten US$ 3.364-3.397/troy ons.
Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 3.545/troy ons.
Sentimen Penggerak Harga Emas
Bulan ini, sepertinya pasar masih akan memantau situasi di Amerika Serikat (AS). Dinamika kebijakan tarif yang digaungkan Presiden Donald Trump masih terus bergulir.
Mulai 1 Agustus, AS akan mempertahankan tarif bea masuk impor minimum 10%. Sedangkan impor dari negara-negara yang menikmati surplus neraca perdagangan dengan Negeri Paman Sam dikenakan tarif minimal 15%.
Kebijakan tarif Trump dikhawatirkan bakal memicu perang dagang dalam skala global. Apabila ‘berbalas pantun’ dengan saling menaikkan tarif terjadi, maka arus perdagangan dunia akan terhambat. Laju pertumbuhan ekonomi pun niscaya tersendat.
Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven asset). Saat situasi penuh turbulensi, penuh guncangan, biasanya emas menjadi pilihan investor untuk menyelamatkan portofolio mereka.
Selain itu, perkembangan nilai tukar dolar AS juga bisa mempengaruhi laju harga emas. Pada Juli, dolar AS mencatatkan kinerja terbaik sepanjang tahun ini.
Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 2,7% sepanjang Juli. Ini menjadi pertumbuhan positif perdana pada 2025.
Emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Saat mata uang Negeri Adikuasa terapresiasi, maka emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.
(aji)
