Logo Bloomberg Technoz

Pernyataan bersama dari kedua kelompok peretas tersebut menyatakan bahwa serangan siber kali ini merupakan hasil dari operasi selama setahun yang telah menembus jaringan Aeroflot secara mendalam, merusak 7.000 server, serta mengambil alih komputer pribadi milik para karyawan termasuk senior manajer.

Mereka pun menerbitkan tangkapan layar direktori file yang diklaim berasal dari dalam jaringan Aeroflot dan mengancam akan segera membocorkan data pribadi semua warga Rusia yang pernah terbang dengan Aeroflot, serta menyadap percakapan dan email stafnya.

Sebelumnya, Silent Crow mengaku bertanggung jawab atas pelbagai serangan siber pada tahun ini seperti terhadap basis data properti Rusia, perusahaan telekomunikasi negara, perusahaan asuransi besar, departemen IT pemerintah Moskow, dan kantor Rusia milik produsen mobil Korea Selatan, KIA. Beberapa di antaranya mengakibatkan kebocoran data dalam jumlah besar.

“Informasi yang kami baca di ruang publik cukup mengkhawatirkan. Ancaman peretas adalah risiko nyata bagi semua perusahaan besar yang menyediakan layanan kepada masyarakat,” kata Juru bicara Pemerintah Rusia atau Kremlin, Dmitry Peskov.

Respons dari Aeroflot

Di sisi lain, Aeroflot menyebut bahwa pihaknya sudah membatalkan 54 penerbangan pulang pergi, tetapi berencana mengoperasikan 206 sisanya dari total 260 penerbangan yang dijadwalkan pada Senin (28/7/2025).

“Para ahli saat ini berupaya meminimalkan dampak terhadap jadwal penerbangan dan memulihkan operasi layanan normal,” kata Aeroflot.

Menukil TechCrunch, Selasa (29/7/2025) situs web Aeroflot sempat tak tersedia pada Senin (28/7/2025) dengan sebuah pesan yang menyatakan bahwa situs tersebut dibatasi sementara.

Di samping itu, terdapat pernyataan dari jaksa Rusia yang mengonfirmasi lebih dari 60 penerbangan dibatalkan dengan alasan serangan siber. Jaksa mengatakan mereka sudah menggelar penyelidikan kriminal atas serangan siber tersebut.

(far/wep)

No more pages