Rupiah hari ini memiliki level support terdekat ada di Rp 16.350-16.400/US$. Support lanjutan adalah Rp 16.410/US$.
Sementara trendline sebelumnya pada time frame daily menjadi resisten psikologis potensial yakni Rp 16.300/US$. Kemudian, target penguatan lanjutan adalah Rp 16.280/US$.
Mencermati tren perdagangan sepekan ke depan, selama nantinya nilai rupiah bertengger di atas Rp 16.350/US$ usai tertekan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah hingga Rp 16.450/US$.
Sebaliknya apabila terjadi penguatan di Rp 16.250/US$ dalam tren jangka menengah (mid-term), maka rupiah berpotensi terus menguat dan tembus resisten baru hingga Rp 16.200/US$.
Pada pekan lalu, rupiah kehilangan nilai sebesar 0,15% jadi yang terburuk ketiga di Asia setelah rupee dan dolar Taiwan. Sementara mayoritas mata uang Asia membukukan kinerja hijau sepanjang pekan lalu.
Pekan ini, kalender ekonomi akan cukup padat dengan berbagai event penting di tengah dinamika seputar perundingan tarif Amerika Serikat, konflik di Asia Tenggara yang melibatkan Thailand dan Kamboja, juga rilis berbagai data penting ekonomi dunia.
Kesemuanya potensial mempengaruhi pergerakan rupiah dalam sepekan ke depan.
Bank sentral AS, Federal Reserve, akan menggelar pertemuan komite pada pekan ini, tepatnya 30 Juli nanti, untuk merumuskan kebijakan moneter terbaru.
Konsensus pasar sejauh ini memperkirakan, Federal Reserve akan mempertahankan tingkat suku bunga kebijakan, Fed fund rate, di level saat ini yaitu 4,25% untuk lower bound rate dan 4,5% untuk upper bound rate, tak berubah dibanding pertemuan Juni lalu.
Beberapa data ekonomi penting seperti laporan pekerjaan AS juga akan dilansir, ditambah data perdagangan barang, ditambah laporan pertumbuhan ekonomi berbagai negara besar di antaranya AS, Jerman dan Jepang.
Pembicaraan tarif juga masih berlangsung di mana termasuk AS dengan China yang dikabarkan berpeluang memperpanjang tenggat waktu penerapan tarif di antara mereka.
(rui)

































