Logo Bloomberg Technoz

"Berdasarkan data produksi padi selama kurun 1990-2020, menunjukkan terjadi penurunan produksi secara konsisten setiap kejadian El Nino. Penurunan produksi padi bervariasi berkisar 1-5 juta ton tergantung intensitas El Nino," jelas Suharso dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI, Senin (5/6/2023). 

Produksi padi terancam turun hingga 5 juta ton karena El Nino dan bisa berdampak pada harga beras (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, beras masih menjadi komponen pendorong inflasi pada Mei lalu. Di tingkat petani, harga beras naik tinggi. Harga Gabah Kering Giling (GKG) naik 0,86% pada Mei 2023 dibandingkan bulan sebelumnya. Dibandingkan Mei 2022, harga malah sudah melonjak 19,84%.

Kenaikan harga gabah di tingkat petani berimbas pada harga beras di tingkat konsumen. Kenaikannya signifikan, yaitu untuk beras premium tercatat naik 22,19% year-on-year. Lalu, beras medium yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sejauh ini naik 21,14% dibanding Mei 2022.

"Sedangkan harga beras luar kualitas tercatat naik 17,15%," demikian dipaparkan Pudji Ismartini, Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, dalam konferensi pers, Senin (5/6/2023).

Inflasi Pangan

Inflasi domestik sejauh ini terus melandai bahkan sudah terjangkar di target bank sentral. Pada Mei lalu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 4%, disusul inflasi inti yang menurun cukup dalam di 2,66%.

Penurunan inflasi Mei yang lebih rendah dibandingkan perkiraan banyak pihak tersebut, kebanyakan karena turunnya inflasi inti dan perlambatan inflasi harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) seperti harga transportasi. Inflasi pangan juga terpantau turun menjadi 3,3% pada Mei lalu dibandingkan 3,8% pada bulan sebelumnya menyusul pengendalian harga pangan oleh pemerintah kendati beberapa komoditas seperti telur dan daging ayam sempat melesat naik.

Dengan adanya ancaman baru El Nino yang bisa menurunkan produksi beras, itu bisa menjadi batu sandungan pengendalian inflasi domestik.

"Proyeksi kami, inflasi sepanjang 2023 akan mencapai 2,8%. Bila El Nino tidak terlalu buruk dampaknya, inflasi bisa lebih lambat lagi ke level 2,6%-2,7% untuk full year 2023," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas, dalam catatannya, Selasa (6/6/2023).

Tekanan Daya Beli

Naiknya harga beras mungkin juga akan menjadi ancaman bagi tingkat konsumsi masyarakat yang sejauh ini masih belum mampu bangkit. Rendahnya inflasi inti pada Mei menjadi indikasi bahwa daya beli masyarakat semakin melemah.

Penurunan inflasi inti itu, walaupun mungkin tidak bisa dilepaskan dari faktor musiman setelah berakhirnya Lebaran sebagaimana klaim BPS, sejatinya melengkapi berbagai sinyal perlambatan yang sudah lebih dulu muncul. 

Dengan risiko kenaikan harga beras lebih lanjut, daya beli masyarakat bisa semakin tertekan mengingat beras adalah makanan pokok orang Indonesia dan sejauh ini upaya diversifikasi sumber karbohidrat di Tanah Air belum menggembirakan. 

Harga beras yang terancam naik, mungkin juga akan mendorong masyarakat terutama yang memiliki daya beli terbatas, untuk beradaptasi dan mencari barang substitusi untuk kebutuhan lain sehingga inflasi di sisa tahun ini masih akan melanjutkan tren menurun. 

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, memprakirakan, inflasi pada akhir tahun akan terjangkar di posisi 3,3%. Atau, sedikit di atas median target BI sebesar 3,0±1% untuk 2023. Bank sentral menggarisbawahi risiko ketidakpastian sektor eksternal dari perekonomian global yang mengancam nilai tukar rupiah dan dapat memicu imported inflation apabila tidak diantisipasi dengan tepat. 

Proyeksi inflasi Indonesia (Bloomberg)

Sejauh ini, dalam berbagai pernyataan, secara gamblang BI menegaskan akan lebih fokus pada stabilisasi nilai tukar alih-alih menyegerakan pivot dengan menurunkan bunga acuan untuk menstimulasi ekonomi.

“Yang menjadi isu adalah ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih berlanjut. Sehingga fokusnya adalah stabilisasi rupiah supaya imported inflation tetap rendah dan dampak rambatan dari ketidakpastian pasar keuangan bisa dimitigasi,” jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI ketika mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur, Kamis (25/5/2023).

Fokus BI yang masih tertuju pada stabilisasi nilai tukar itu tidak bisa dilepaskan dari optimisme bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal 2-2023 yang disebut akan mencapai 5,1%, lebih tinggi dibandingkan kuartal 1-2023 sebesar 5,03%.

Para ekonom menilai, proyeksi bank sentral itu terlalu optimistis dan kurang memperhitungkan dampak negatif kebijakan bunga tinggi yang berlangsung sejak Agustus tahun lalu. Pertumbuhan kredit pada April sebesar 8%, terendah sejak Maret 2022, dan masih jauh di bawah target bank sentral 10%-12% untuk 2023.

Di sisi lain, PMI Manufaktur pada Mei juga melambat signifikan meski masih di zona ekspansi 50,3. "Bila target inflasi BI pada full year 2023 sebesar 3,3%, menurut saya BI perlu memberi stimulus moneter melalui pemangkasan bunga acuan pada semestar II sebesar 50 bps menjadi 5,25%," kata Lionel.

(rui)

No more pages