Logo Bloomberg Technoz

Wabah di Guangdong, wilayah selatan China yang sering panas dan lembap, merupakan tanda terbaru bahwa penyakit tropis—mulai dari demam berdarah hingga malaria dan zika—semakin meluas jangkauannya karena perubahan iklim membuat nyamuk bisa hidup di wilayah baru yang lebih hangat dan lembap.

Meningkatnya perjalanan internasional dan rendahnya kekebalan tubuh juga turut mempercepat penyebarannya.

Ledakan kasus di Samudra Hindia sejak awal 2025 telah memicu kekhawatiran akan penyebaran ke negara-negara lain, mendorong WHO mengeluarkan seruan tindakan darurat pekan ini, seperti dilaporkan Reuters.

Prancis dan Italia, yang berjarak ribuan mil dari wilayah tersebut, menemukan kasus chikungunya yang ditularkan secara lokal tahun ini.

"Lonjakan kasus chikungunya kemungkinan besar disebabkan oleh kondisi iklim yang mendukung ledakan populasi nyamuk Aedes," jelas Robert Jones, Asisten Profesor Departemen Pengendalian Penyakit di London School of Hygiene & Tropical Medicine.

"Nyamuk ini agresif, menggigit pada siang hari, dan berkembang biak dengan baik dalam kondisi hangat dan lembap."

WHO mengatkan kepada para wartawan di Jenewa bahwa lebih dari 5 miliar orang tinggal di wilayah di 119 negara yang berisiko terkena chikungunya.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa menemukan sekitar 220.000 kasus dan 80 kematian terkait telah dilaporkan di 14 negara dan wilayah di seluruh dunia hingga saat ini.

China mencatat kasus chikungunya pertamanya pada 2008—infeksi impor yang terdeteksi di bandara di Guangdong. Kasus penularan lokal pertama—yang menginfeksi 253 orang dilaporkan di provinsi tersebut dua tahun kemudian. Sejak itu, hanya kasus sporadis yang ditemukan, di Provinsi Yunnan dan Fujian.

Wakil Direktur Airfinity Ltd Patricia Gallego Delgado mengatakan secara global, kerentanan populasi kemungkinan meningkat di daerah-daerah yang jarang dilanda wabah chikungunya. Airfinity merupakan perusahaan peramalan penyakit yang berbasis di London.

"Gelombang ini disebabkan oleh tingkat kekebalan populasi yang lebih rendah karena individu di wilayah tersebut mungkin memiliki paparan terbatas atau bahkan tidak pernah sama sekali terpapar virus sebelumnya," tandasnya.

(bbn)

No more pages