Logo Bloomberg Technoz

Adapun, proyek DME itu mengambil bagian sekitar 26,52% dari keseluruhan nilai investasi proyek yang diajukan Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional.

Selain proyek DME, proyek kilang dan tanki penyimpanan minyak turut mengambil porsi investasi besar mencapai Rp232 triliun.

Proyek kilang dan penyimpanan minyak ini rencanannya tersebar di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung (Bali), Bima, Ende, Makassar, Dongala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara dan Fakfak.

Selain itu, sejumlah proyek hilirisasi mencakup program transisi energi, sektor pertanian, kelautan dan perikanan.

“Jadi ini memang belum sempurna ini prastudi, Danantara yang punya uang, kita punya yang setengah-setengah,” kata Bahlil.

Dia berharap selepas penyerahan dokumen prastudi sebagian proyek hilirisasi bisa segera diesekusi pada tahun ini.

“Memang yang paling besar di sektor mineral batu bara dan migas” tuturnya.

Proyek DME Mandek 

Progrm gasifikasi batu bara menjadi DME sampai saat ini masih jalan di tempat. Kendati telah menjadi fokus pemerintah beberapa tahun lalu, proyek substitusi impor LPG ini tidak kunjung terealisasi.

Selain masalah teknologi, kelayakan bisnis turut menjadi penghalang sejumlah perusahaan yang memiliki kewajiban hilirisasi batu bara untuk mengesekusi proyek ini.

Belakangan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berkomitmen untuk tetap mengerjakan proyek DME, dengan melakukan kajian lebih mendalam khususnya pada aspek kelayakan bisnis proyek tersebut.

Dirut PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail usai RUPST PTBA Tahun Buku 2024 di Jakarta, Kamis (12/6/2025). (Bloomberg Technoz/Mis Fransiska Dewi)

Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail kembali menegaskan, pada dasarnya, PTBA mendukung upaya hilirisasi batu bara yang dimandatkan pemerintah.

Nah, sekarang ini kan kajian-kajian yang mendalam. Kami masih bekerja sama dengan pihak-pihak terkait; dengan konsultan, dengan yang mau menyediakan teknologi, ECEC [East China Engineering Science and Technology Co Ltd],” ujarnya di sela RUPST PTBA Tahun Buku 2024, Kamis (12/6/2025). 

Dia pun berharap PTBA bisa mencapai titik temu dengan pemerintah terkait dengan nilai keekonomian proyek yang sudah bertahun-tahun tertunda itu.

PTBA sendiri sudah aktif melakukan penjajakan dengan calon mitra potensial untuk proyek tersebut, terutama perusahaan dari China seperti China National Chemical Engineering Group Corporation (CNCEC), China Chemical Engineering Second Construction Corporation (CCESCC), Huayi, Wanhua, Baotailong, Shuangyashan, dan East China Engineering Science and Technology Co Ltd (ECEC).

Dari seluruh calon mitra tersebut, baru ECEC yang sudah menyatakan minat menjadi mitra investor, meski bukan dengan skema investasi penuh atau full investment.

ECEC sendiri telah menyampaikan preliminary proposal coal to DME pada 18 November 2024 dengan processing service fee (PSF) indikatif yang diusulkan berada di rentang US$412—US$488 per ton.

Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan ekspektasi Kementerian ESDM pada 2021 sebesar US$310 per ton.

(naw)

No more pages