Logo Bloomberg Technoz

Pernyataan dovish dari pejabat Federal Reserve terbaru sepertinya memberi energi pada mata uang emerging market.

Deputi Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan bahwa suku bunga sebaiknya diturunkan bulan ini untuk mendukung pasar tenaga kerja yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

“Dengan inflasi yang mendekati target dan risiko kenaikan inflasi yang terbatas, kita tidak perlu menunggu pasar tenaga kerja memburuk sebelum menurunkan suku bunga acuan,” ujar Waller, dilansir dari Bloomberg News. “Menurut saya, masuk akal jika FOMC memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam dua pekan mendatang.”

Ekonomi AS tangguh

Pernyataan dovish itu berkebalikan dengan sentimen pasar yang menguat sejak kemarin bahwa peluang penurunan Fed rate menipis karena data ekonomi yang kuat. 

Indeks dolar AS kembali perkasa menyusul rilis data penjualan ritel Amerika pada Juni yang lebih kuat ketimbang prediksi pasar. Selain itu, klaim pengangguran awal juga angkanya lebih kecil daripada perkiraan menunjukkan perekonomian terbesar di dunia itu masih bertahan meski ada ancaman dampak tarif dagang Presiden Donald Trump.

Perkembangan terakhir itu menurunkan ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga acuan Federal Reserve pada September nanti. 

Melansir CME Fedwatch, suku bunga The Fed bulan Juli ini hampir pasti akan ditahan dengan probabilitas mencapai 97,4%, tertinggi sebulan terakhir. Sementara pada September, peluang penurunan Fed rate turun jadi 51,7% dari tadinya menyentuh probabilitas 65,4% pekan lalu. Federal Open Meeting Committee akan dilangsungkan pada 30 Juli nanti.

Imbasnya, mata uang emerging market pun tertekan. Kemarin, MSCI EM Currency Index ditutup melemah 0,09%.

Lanskap itu kemungkinan akan membebani pergerakan rupiah. Namun, ada harapan dari melebarnya sedikit selisih imbal hasil investasi US Treasury dengan Surat Utang Negara. Yield spread yang sempat menyentuh 207 bps itu, kini melebar lagi di 213 bps menyusul penurunan tingkat imbal hasil surat utang AS.

Begitu juga animo asing di pasar saham yang mulai positif. Kemarin, asing mencetak net buy di instrumen ekuitas domestik, senilai Rp640,29 miliar, mengakhiri tren tiga hari net sell sepekan ini.

Hari ini, pasar akan mencermati rilis data Bank Indonesia yakni laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha pada kuartal II-2025 yang mungkin akan memberi gambaran kelesuan yang berlanjut di perekonomian domestik.

BI juga akan melansir Prompt Manufacturing Index RI kuartal II-2025. 

Menunggu dorongan fiskal

Perekonomian Indonesia tengah menghadapi tantangan kelesuan yang bila dibiarkan semakin parah, potensial menjatuhkan negeri ini dalam situasi resesi akibat pertumbuhan yang terus anjlok. 

Langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, BI Rate, menjadi gebrakan penting sebagai dorongan dari sisi moneter. 

Perekonomian membutuhkan dorongan lebih besar dari sisi fiskal, termasuk dari belanja pemerintah juga pengucuran stimulus fiskal yang diharapkan bisa membantu merangsang permintaan. 

Terakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan realisasi penyaluran bantuan sosial sembako mencapai Rp20,26 triliun hingga 9 Juli 2025.

Program itu telah disalurkan untuk 18,27 juta penerima manfaat atau 97,22% dari target penerima 18,8 juta. 

Angka ini melampaui target awal anggaran penebalan bantuan sosial dan pemberian bantuan pangan yang sebelumnya direncanakan sebesar Rp11,93 triliun. 

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan di zona merah menuju Rp16.350/US$ sampai dengan Rp16.400/US$, dengan mencermati support kuat rupiah pada Rp16.410/US$.

Sementara trendline sebelumnya pada time frame daily menjadi resistance terdekat potensial pada level Rp16.300/US$. Kemudian, target penguatan lanjutan untuk kembali ke atas level Rp16.250/US$.

Apabila terjadi penguatan optimis hingga Rp16.250/US$ dalam tren jangka pendek (Short-term), maka rupiah berpotensi terus menguat dan uji resistance baru mencapai Rp16.200/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Jumat 18 Juli 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages