Kantor berita negara Suriah, SANA, pada Rabu sore melaporkan bahwa kelompok-kelompok di Suwayda telah menyetujui gencatan senjata. Namun, menurut SOHR, bentrokan kembali pecah setelah kesepakatan tersebut diumumkan.
Otoritas Israel belum memberikan pernyataan terkait gencatan senjata tersebut, dan militer Israel menyatakan serangan ke wilayah selatan Suriah masih berlanjut.
Kementerian Luar Negeri Suriah menuduh serangan Israel di Damaskus dan Suwayda menewaskan warga sipil yang “tidak bersalah”, melukai puluhan orang termasuk perempuan dan anak-anak, serta merusak infrastruktur dan layanan publik secara luas.
Israel menuding pemerintahan baru Suriah di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa sebagai dalang kekerasan terhadap komunitas Druze, kelompok minoritas yang telah dijanjikan perlindungan oleh Israel. Selain itu, Israel menilai pengerahan pasukan Suriah di dekat perbatasan timur lautnya sebagai ancaman keamanan.
Suriah masih belum pulih dari kehancuran akibat perang sipil yang berlangsung sejak 2011. Sharaa, yang menggulingkan rezim Bashar al-Assad pada Desember lalu, masih berupaya merebut kendali penuh atas wilayah dan institusi negara, termasuk militer. Pemerintahannya mengklaim mengirim pasukan ke Suwayda untuk mengakhiri kekerasan, serta berjanji akan mengidentifikasi dan menghukum para pelaku. Sharaa juga menyatakan tidak ingin menjalin hubungan permusuhan dengan Israel.
Meskipun bentrokan dan serangan militer masih terjadi di wilayah Suriah, ketegangan mulai merembet ke kawasan. Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang mencakup Arab Saudi, mengecam serangan udara Israel sebagai bentuk eskalasi yang tidak bertanggung jawab dan berpotensi semakin mendestabilisasi Suriah.
Serangan Drone
SANA melaporkan setidaknya dua ledakan di Damaskus pada Rabu, serta serangan drone di Suwayda dan serangan tambahan di kota Daraa yang berdekatan.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, sebelum pengumuman gencatan senjata di Suwayda, mengatakan bahwa militer “akan terus menyerang pasukan rezim hingga mereka mundur” dari wilayah tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga mengungkapkan adanya warga Druze Israel yang berusaha menyeberang ke Suriah, sementara beberapa orang lainnya mencoba bergerak sebaliknya.
“Kami bertindak untuk menyelamatkan saudara-saudara Druze kami dan memberantas geng-geng rezim,” ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. “Saya hanya punya satu permintaan: kalian adalah warga negara Israel. Jangan menyeberangi perbatasan. Kalian mempertaruhkan nyawa—bisa saja dibunuh, disandera, dan kalian akan mengganggu operasi IDF.”
Komunitas Druze Suriah yang berjumlah sekitar 700.000 jiwa kini menjalin hubungan lebih erat dengan Israel—yang memiliki sekitar 150.000 warga Druze—sejak tumbangnya pemerintahan Assad. Mereka khawatir akan serangan sektarian dari kelompok militan Islamis yang kini beraliansi dengan pemerintahan baru Sharaa, mantan komandan al-Qaeda.
Kaum Druze adalah etnis Arab yang menganut ajaran kepercayaan yang merupakan pecahan dari Islam. Terdapat sekitar satu juta orang Druze, sebagian besar tinggal di Suriah, Lebanon, dan Israel. Pria Druze di Israel wajib mengikuti dinas militer dan, berkat kefasihan berbahasa Arab serta loyalitas pada negara, mereka kerap menempati posisi tinggi di militer.
Sekitar 20.000 Druze tinggal di Dataran Tinggi Golan, wilayah yang direbut Israel dari Suriah pada 1967 dan dianeksasi pada 1981. Sebagian besar dari mereka masih lebih merasa sebagai warga Suriah, meskipun ada tanda-tanda pergeseran sikap di kalangan generasi muda.
Israel menempatkan pasukan darat di wilayah Suriah tak lama setelah Assad, sekutu Iran, terguling. Sepanjang tahun ini, Israel telah berulang kali menyerang wilayah Suriah dan tetap mencurigai Sharaa, meski ia mengklaim telah berubah sejak masa lalu saat memimpin perlawanan terhadap pasukan AS di Irak.
Dalam sebulan terakhir, Israel menyatakan terbuka untuk menjalin kesepakatan damai dengan Damaskus, terutama setelah Presiden AS Donald Trump mencabut sanksi terhadap pemerintah Suriah.
Trump bertemu Sharaa di Arab Saudi pada Mei lalu dan menyatakan ingin membantu pemulihan negara itu setelah hampir 15 tahun dilanda perang saudara. AS dan negara-negara Teluk berharap Suriah tidak kembali jatuh ke dalam pengaruh Iran, yang selama ini mendukung Assad dan memanfaatkan wilayah Suriah untuk menyalurkan senjata dan dana ke Hizbullah.
Israel telah terlibat dalam beberapa konflik sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Gaza. Tahun lalu, Israel juga berperang melawan Hizbullah, dan bulan lalu melawan Iran. Sepanjang 2024, Israel berulang kali menyerang Suriah, sebagian untuk menghantam jalur pasokan Hizbullah—salah satu faktor yang mempercepat jatuhnya Assad.
(bbn)
































