Logo Bloomberg Technoz

Menteri Kesehatan HHS, Robert F. Kennedy Jr., mengumumkan pada akhir Mei bahwa pemerintah tidak lagi merekomendasikan vaksin Covid untuk anak-anak sehat dan wanita hamil. Beberapa kelompok medis menggugat HHS pada hari Senin terkait perubahan kebijakan ini.

Perubahan tersebut menimbulkan ketidakjelasan apakah vaksin masih akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Kemungkinan bahwa orang harus membayar sendiri, tidak memiliki akses ke vaksin, atau vaksin yang tersedia tidak cocok dengan varian yang paling umum menjadi kekhawatiran besar bagi para ilmuwan, kata Rajendram Rajnarayanan, peneliti di New York Institute of Technology.

“Kami sangat khawatir soal itu — aksesibilitas terhadap vaksin,” ujar Rajnarayanan.

Ia juga mengatakan bahwa perkiraan proporsi kasus Covid baru yang disebabkan oleh varian ini tidak dapat diandalkan karena pengawasan yang terbatas.

Lonjakan kasus di masa mendatang akan sulit diprediksi, kata Ryan Gregory, ahli biologi dari University of Guelph di Kanada.

“Jika kita melihat lonjakan besar lainnya, kemungkinan itu adalah kombinasi dari varian yang cukup berbeda, kurangnya tindakan pencegahan dari manusia, dan kekebalan dari infeksi maupun vaksin yang melemah seiring waktu,” ujarnya.

Risiko kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh Nimbus tidak lebih tinggi dibandingkan varian lain, tetapi varian ini dikategorikan sebagai “varian dalam pemantauan”, tulis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada bulan Mei. 

WHO juga menambahkan bahwa vaksin Covid-19 yang saat ini disetujui masih memberikan perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian.

Varian ini pertama kali terdeteksi di AS melalui program pengujian bandara CDC, yang disebut Traveler-based Genomic Surveillance, pada bulan Maret. Varian ini awalnya muncul di China pada awal tahun sebelum menyebar ke Asia dan Eropa.

(bbn)

No more pages