Rikky menyebut saat ini divestasi tersebut masih dalam tahap pembukaan data Blok Tuna. Harbour Energy tengah mencari calon investor untuk membeli PI yang dilepas tersebut. Rikky berharap proses buka data itu rampung bulan ini.
"Nah untuk kegiatan disclose data ya mungkin kita tunggu dalam waktu dekat. Juli ini,” ujarnya.
Dia menuturkan Harbour telah berkomitmen fase inisiasi desain rekayasa awal atau front end engineering design (FEED). Rikky berharap Harbour dapat meneruskan kepada calon mitra penggantinya.
“Nah jadi ini yang akan ditransfer ke nanti siapapun pemenangnya. Saya harap minta bulan Juli ini harusnya [selesai],” tuturnya.
Blok Tuna diestimasikan memiliki potensi gas di kisaran 100 sampai dengan 150 million standard cubic feet per day (MMSCFD), menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Adapun, investasi pengembangan lapangan hingga tahap operasional ditaksir mencapai US$3,07 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun.
Sebelumnya, Harbour mengundur keputusan investasi akhir Blok Tuna hingga 2025. Padahal, rencana pengembangan atau plan of development (PoD) sudah diteken sejak Desember 2022.
Lewat keterbukaan informasi pada Agustus 2023, Harbour tidak menampik jika pengunduran rencana investasi itu merupakan imbas sanksi Uni Eropa (UE) dan Inggris terhadap afiliasi bisnis Rusia, buntut invasi Rusia ke Ukraina.
Di sisi lain, SKK Migas sempat mengatakan target produksi atau onstream dari Blok Tuna berpotensi mundur dari 2026 ke 2027, menyusul ketidakpastian investasi Harbour & Zarubezhneft di proyek tersebut.
Dalam perkembangan terbaru, SKK Migas memastikan BUMN Migas Rusia, Zarubezhneft, tetap berada di proyek Blok Tuna.
Tawaran Rusia
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto bertemu dengan Direktur Jenderal Zarubezhneft Asia Limited Alexander Mikhaylov di Saint Petersburg, Rusia bulan lalu.
Pertemuan itu diadakan di sela kunjungan luar negeri Presiden Prabowo Subianto bersama dengan rombongan ke Rusia pada 18 Juni sampai dengan 20 Juni 2025.
Persamuhan itu ikut membahas kelanjutan proyek Blok Tuna selepas operator blok, Harbour Energy, belakangan memilih hengkang.
Dalam kesempatan berbeda, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Rusia bersedia ikut serta dalam proyek hulu migas baru di lepas pantai (offshore) Indonesia.
Selain itu, Putin juga mengatakan bahwa Rusia bersedia untuk melakukan modernisasi terhadap infrastruktur untuk mendongkrak produksi minyak dari ladang tua.
Hal tersebut disampaikan Putin usai menerima Presiden Prabowo Subianto di Istana Konstantinovsky, St. Petersburg, Kamis (19/6/2025) waktu setempat.
"Kami bersedia untuk ikut serta dalam proyek baru di lepas pantai Indonesia dan juga melakukan modernisasi infrastruktur supaya mendongkrak minyak dari ladang tua," ujar Putin dalam keterangannya.
(mfd/naw)
































