Pada bagian lain laporan dari OpenAI dan East Ventures mencatat bahwa Indonesia kini masuk lima besar global dalam penggunaan mingguan ChatGPT.
"Meskipun perhatian sering tertuju pada OpenAI dan pengembang aplikasi model dasar, peluang paling signifikan justru ada di hilir (downstream), yaitu pada penggunaan AI yang spesifik pada sektor tertentu seperti keuangan, kesehatan, pendidikan, energi, dan ritel. Solusi yang dipersonalisasi ini akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan banyak perusahaan sukses di masa depan," jelas Ronnie.
Terkait dengan peluang AI, hal senada juga diungkapkan oleh Global Public Relations Manager dari Dyna.Ai, Trixy Aw. Ia menyatakan kian banyaknya perusahaan mulai memperhatikan AI sebagai bentuk kebutuhan mendasar perusahaan. Sebagai catatan, Dyna.Ai adalah perusahaan layanan teknologi kecerdasan buatan yang berpusat di Singapura dengan fokus layanan digitalisasi sektor keuangan.
"Satu hal yang kami identifikasi, terutama di Indonesia, adalah meningkatnya kebutuhan terkait AI. Banyak orang sudah memahami bahwa AI itu penting dan dapat membantu proses bisnis. Mereka tahu bahwa AI sudah menjadi bagian dari masa depan," jelas Trixy.
Menurut Trixy, meski digitalisasi di Indonesia memang terus berlangsung namun masih ada kesenjangan antara jumlah pengguna yang mengunduh aplikasi digital dan yang benar-benar aktif menggunakannya. Celah ini dinilai menjadi peluang besar untuk penetrasi solusi AI yang praktis dan terpersonalisasi.
"AI akan terus tumbuh, bukan hanya di Asia Tenggara, tapi juga global. Teknologi bergerak sangat cepat. Setelah pandemi, semuanya berubah cepat, [dan] sekarang giliran AI," ungkap Trixy.
(wep)
































