Logo Bloomberg Technoz

Terakhir kali nilai incoming bids lelang SUN melampaui angka itu adalah pada 18 Februari 2020 yang mencapai Rp127,12 triliun.

Nilai minat kemarin juga melampaui lelang pada 20 Mei silam yang juga menembus triple digit. Rekor kala itu juga dipanaskan oleh ekspektasi penurunan BI rate pada Mei yang benar-benar terjadi pada keesokan harinya. 

"Tawaran masuk yang mengesankan dalam lelang kemarin bisa memicu spekulasi peningkatan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga BI pada Juli atau Agustus," kata Lionel.

Rasio bid-to-cover lelang SUN kemarin naik hingga 3,8 kali dibanding 2,7 kali pada lelang sebelumnya, akibat lonjakan animo pasar.

Para investor paling meminati seri FR0104 yang jatuh tempo pada 2030 nanti, dengan nilai penawaran masuk mencapai Rp43,15 triliun. Seri FR0103 yang bertenor 10 tahun juga banyak diserbu dengan incoming bids melesat jadi Rp39,11 triliun.

Yield dimenangkan untuk dua seri tersebut masing-masing sebesar 6,253% dan 6,594%. Angka itu lebih rendah dibanding lelang SUN sebelumnya sebesar 6,334% dan 6,723%.

Kementerian Keuangan akhirnya memutuskan menjual surat utang senilai Rp32 triliun, jauh lebih tinggi dibanding target indikatif sebesar Rp27 triliun. Nilai penerbitan SUN dalam lelang kemarin juga lebih banyak dibanding penjualan dalam lelang sebelumnya sebesar Rp30 triliun.

Lelang SUN nan impresif memberi dorongan harga surat utang di pasar sekunder kemarin. Mengacu data Bloomberg sampai perdagangan Selasa sore, yield SUN 10Y turun 2,1 bps ke level 6,596%. Lalu tenor 5Y turun 4,9 bps ke level 6,244% dan tenor 2Y stagnan di 5,959%.

Pasar surat utang pemerintah sepanjang tahun ini masih di atas daun meski pada bulan Juni, pemodal asing menghentikan posisi beli bersih di Surat Berharga Negara (SBN).

Melansir data Kemenkeu hingga 26 Juni, posisi kepemilikan SBN oleh investor asing selama Juni (month-to-date) berkurang Rp7,36 triliun. Bila posisi net sell berlanjut sampai akhir bulan, maka itu akan menghentikan tren belanja bersih asing di SBN yang terjadi sejak Desember 2024 silam.

Potensi BI rate

Ekspektasi penurunan BI rate menguat setelah keluar data-data ekonomi penting pada Selasa kemarin.

Aktivitas manufaktur Indonesia pada Juni yang masih terkontraksi di angka yang lebih buruk dibanding bulan sebelumnya, dinilai memberikan sinyal awal bagi bank sentral untuk memangkas BI rate pada kuartal ketiga tahun ini.

"Meski kami tidak berpikir data PMI [manufaktur] memadai untuk mendorong percepatan penurunan BI rate pada Juli," kata Lionel.

Di sisi lain, data inflasi Juni memberi penguatan ekspektasi penurunan BI rate. Data inflasi Juni meskipun mengalami kenaikan melampaui perkiraan, yaitu sebesar 1,87%, mengindikasikan laju kenaikan harga masih terkendali. Sementara muncul sinyal pelemahan permintaan yang terlihat dari melambatnya inflasi inti dua bulan beruntun. Laju inflasi inti pada Juni hanya tercatat sebesar 2,37%, melemah dibanding Mei sebesar 2,40%.

Rilis data inflasi tersebut menguatkan ekspektasi akan berlanjutnya lagi pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini, menurut perkiraan Bloomberg Economics.

"Kami memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin pada kuartal ketiga, secepatnya pada bulan Juli ini bila kinerja rupiah mampu mempertahankan penguatannya," kata Tamara Henderson, ekonom dari Bloomberg Economics.

(rui)

No more pages