Logo Bloomberg Technoz

Ketika ditanya ihwal kontribusi produksi minyak 30.000 bph dari Lapangan Banyu Urip Infil Clastic (BUIC) yang dioperasikan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang baru diresmikan pekan lalu dalam lifting minyak, Tri menyebut akan selalu ada penurunan alami atau natural decline setiap saat. 

“Selalu ada natural decline setiap saat. Nah, itu kan tetap kita antisipasi. Ini turun ada penambahan yang untuk menambal [penurunan] ini lah,” ucapnya. 

Natural declining merupakan fenomena alamiah terkait dengan produktivitas dari suatu sumur atau lapangan migas menurun secara bertahap setelah melewati puncak produksi.

Kementerian ESDM melaporkan realisasi lifting minyak pada 2024 mencapai 579.700 bph. Angka ini di bawah target APBN 2024 yang ditetapkan sebesar 635.000 bph.

Bahkan, realisasi tahun lalu juga jauh di bawah capaian lifting minyak 2023 sebesar 605.500 bph.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya menekankan tata kelola migas perlu diperbaiki melalui tiga cara. Pertama, mengerjakan sumur-sumur menganggur atau idle well. Kedua, mengoptimalkan sumur-sumur yang ada itu dengan pemanfaatan teknologi enhanced oil recovery (EOR).

Ketiga, sebanyak 300 sumur yang telah selesai dieksplorasi namun belum ada perencanaan pengembangan atau plan of development (PoD) harus segera diselesaikan.

Bahlil mengungkapkan pemerintah menargetkan lifting minyak sebesar 1 juta bph pada 2028—2029.

“Presiden Prabowo menargetkan pada 2028—2029 sudah harus kita punya lifting kurang lebih sekitar 900.000 sampai 1 juta [bph]. Ini bukan pekerjaan gampang," kata Bahlil.

(mfd/wdh)

No more pages