Pada pemberitaan Bloomberg Technoz sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyatakan bahwa proyek pabrik baterai CATL di Indonesia telah mengamankan sejumlah vendor otomotif sebagai offtaker. Hal ini diungkapkan usai pertemuan antara perwakilan CATL, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dan Menteri BUMN Erick Thohir pada pertengahan Mei 2025.
“CATL ini lanjut, jadi kita masuk dalam ekosistem penyediaan baterai kendaraan listrik. Mereka mengharapkan paling lambat Maret 2026 sudah bisa berproduksi di Indonesia,” ujar Yuliot dalam keterangannya, baru-baru ini.
Pabrik baterai ini ditargetkan memiliki kapasitas 15 gigawatt hour (GWh) per tahun. Namun, sejauh ini yang telah memperoleh persetujuan dari Pemerintah Tiongkok adalah tahap awal sebesar 7,5 GWh. Proses berikutnya akan ditopang oleh kombinasi pendanaan, termasuk dari modal perusahaan, persetujuan otoritas China, serta dana hasil penawaran umum perdana (IPO) yang sedang dijajaki oleh CATL secara global.
Saat ini, pihak CATL telah menyampaikan perjanjian kerahasiaan atau non-disclosure agreement (NDA) kepada Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari kelanjutan proses investasi.
Kucuran Investasi dari Danantara
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) dikabarkan akan mengucurkan investasi di dua proyek EV ini, termasuk proyek Dragon. Kementerian ESDM mengatakan Danantara nantinya akan masuk melalui IBC, bukan investasi langsung.
Yuliot Tanjung mengatakan pemerintah saat ini masih mengevaluasi kebutuhan dana oleh IBC dalam proyek Dragon dan Titan. Meski demikian, Yuliot tidak merincikan nilai investasi yang akan dikucurkan Danantara tersebut.
Masuknya Danantara diharapkan dapat meningkatkan porsi saham pemerintah yang diwakili oleh IBC di bisnis hilir proyek ekosistem baterai tersebut.
Catatan: Artikel sebelumnya dikoreksi untuk memperbaiki konversi nilai proyek dalam rupiah.
(dhf)
































