Rita Nazareth- Bloomberg News
Bloomberg, Meski diterpa berbagai pemberitaan terkait tarif, Wall Street kembali sumringah usai reli saham AS yang membuat indeks mencatatkan nilai all time high. Reli terjadi di tengah meredanya ketegangan di Timur Tengah dan sinyal ketahanan ekonomi AS di tengah inflasi yang masih terkendali. Sementara itu, reli di pasar obligasi AS sempat tertahan dan dolar AS menguat.
Lonjakan saham setelah kejatuhan akibat pengumuman tarif pada April membuat indeks S&P 500 mencetak rekor baru untuk pertama kalinya sejak Februari, menembus level 6.170. Saham teknologi raksasa memimpin penguatan, dengan Nvidia Corp. mendekati valuasi US$4 triliun dan Alphabet Inc. menguat hampir 3%. Presiden Donald Trump menyampaikan kemajuan negosiasi dagang dengan sejumlah negara, menyebut kesepakatan dengan China dan Inggris, serta mengumumkan berakhirnya pembicaraan dengan Kanada. Nilai tukar dolar Kanada pun melemah.
April lalu, Trump mengumumkan tarif atas puluhan mitra dagang, namun seminggu kemudian menangguhkannya selama tiga bulan setelah memicu kekhawatiran resesi. Setelah sempat anjlok mendekati pasar bearish, S&P 500 berhasil bangkit dengan reli lebih dari US$10 triliun, mematahkan ekspektasi banyak analis Wall Street dan menunjukkan kepercayaan pasar atas ketahanan ekonomi AS.
“Saham-saham AS terus pulih dari tekanan jual akibat tarif,” ujar David Lefkowitz dari UBS Chief Investment Office. “Kami menilai pemulihan ini wajar, mengingat mayoritas emiten besar cukup mampu menghadapi dampak tarif.”
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengindikasikan bahwa negosiasi untuk menyelesaikan perjanjian utama kemungkinan akan diperpanjang hingga Hari Buruh. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyampaikan secara tertutup kepada para pemimpin Uni Eropa bahwa ia optimistis kesepakatan akan tercapai sebelum tenggat waktu, menurut sumber Bloomberg. China juga telah mengonfirmasi rincian kerangka perjanjian dagang dengan Washington.
Dari sisi ekonomi, sentimen konsumen melonjak ke level tertinggi dalam empat bulan, sementara ekspektasi inflasi mengalami perbaikan. Data juga menunjukkan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti naik sedikit di atas perkiraan, namun laju kenaikannya tetap sejalan dengan tekanan harga yang terbatas—kondisi yang memungkinkan The Fed kembali memangkas suku bunga tahun ini.
“Peluang untuk memangkas suku bunga kemungkinan akan muncul pada salah satu dari tiga pertemuan kebijakan terakhir tahun ini yakni di bulan September, Oktober, atau Desember, tergantung bagaimana dampak kenaikan tarif terhadap inflasi,” kata Gary Schlossberg dari Wells Fargo Investment Institute.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan kepada anggota parlemen bahwa inflasi diperkirakan akan meningkat pada Juni, Juli, dan Agustus seiring tarif mulai tercermin dalam harga konsumen. Namun ia menambahkan bahwa jika kenaikan harga tak terjadi seperti yang diperkirakan, pemangkasan suku bunga dapat dilakukan lebih cepat.
Pasar uang masih memproyeksikan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebelum akhir tahun ini. Peluang pemangkasan ketiga bisa meningkat jika laporan ketenagakerjaan yang dirilis Kamis depan menunjukkan pelemahan.
Menurut Bret Kenwell dari eToro, data PCE terbaru menunjukkan bahwa inflasi masih terkendali. Meski demikian, data tersebut menghentikan tren penurunan inflasi tahunan selama tiga bulan terakhir, dan angka bulan lalu juga direvisi lebih tinggi.
“Laporan inflasi kali ini seharusnya tidak menimbulkan ketakutan besar di pasar, tetapi bisa jadi memupus harapan untuk pemangkasan suku bunga pada Juli,” kata Kenwell. “Selain itu, laporan ini bisa menimbulkan keraguan di tengah reli saham yang kini menembus rekor menjelang akhir kuartal.”
Kenwell menambahkan bahwa saham-saham masih memiliki ruang untuk tumbuh dalam lingkungan inflasi yang ringan.
“Kuncinya adalah musim laporan keuangan yang meyakinkan dan daya beli konsumen yang kuat di paruh kedua tahun ini,” ujarnya.
Dengan musim laporan keuangan tinggal beberapa pekan lagi, pasar saham akan menghadapi ujian penting. Bloomberg Intelligence mencatat bahwa Wall Street memperkirakan pertumbuhan laba sebesar 2,8% secara tahunan untuk kuartal kedua—kenaikan terkecil dalam dua tahun terakhir. Proyeksi ini menambah kekhawatiran sejumlah pelaku pasar bahwa valuasi saham kini mulai terlalu mahal.
Bank of America melalui analis Michael Hartnett memperingatkan bahwa risiko terbentuknya gelembung saham (stock bubble) spekulatif semakin meningkat, terutama karena besarnya aliran dana yang masuk ke pasar saham AS seiring taruhan terhadap pemangkasan suku bunga. Tahun ini saja, aliran dana mencapai US$164 miliar dan berpotensi menjadi yang terbesar ketiga dalam sejarah, menurut data EPFR Global.
Sorotan Emiten:
- Nike Inc. menyatakan penurunan penjualan selama satu tahun mulai mereda, menunjukkan strategi CEO Elliott Hill mulai membuahkan hasil.
- Apple Inc. dan Android (Google) mendapat peringatan dari regulator privasi Jerman bahwa layanan AI asal China, DeepSeek, yang tersedia di toko aplikasi mereka dianggap melanggar hukum karena mengekspos data pengguna ke otoritas China.
- JPMorgan Chase & Co. mengalami lonjakan saham sejak April berkat sejumlah sentimen positif, namun analis dari Baird menurunkan peringkat saham ini ke ‘underperform’ dari sebelumnya ‘netral’.
- Boeing Co. diproyeksi kembali menguat setelah mempercepat produksi pesawat komersial dan mulai keluar dari krisis bertahun-tahun. Redburn dari Rothschild & Co. menaikkan rekomendasi saham menjadi ‘beli’.
- B. Riley Financial Inc. menjual bisnis konsultasi keuangan GlassRatner kepada perusahaan ekuitas swasta asal Kanada, TorQuest Partners, sebagai bagian dari upaya penjualan aset.
- Alibaba Group Holding Ltd. meluncurkan versi terbaru teknologi AI yang mempermudah pengguna menghasilkan dan memodifikasi gambar dari teks dan visual, memperluas langkah agresif perusahaan di sektor AI.
Pergerakan Pasar:
Saham:
- S&P 500 naik 0,5%
- Nasdaq 100 naik 0,4%
- Dow Jones Industrial Average naik 1%
- MSCI World Index naik 0,6%
- Bloomberg Magnificent 7 Index naik 1,1%
- Russell 2000 nyaris tak berubah
Mata Uang:
- Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,1%
- Euro stagnan di US$1,1709
- Poundsterling turun 0,1% ke US$1,3709
- Yen Jepang turun 0,2% ke 144,72 per dolar
Kripto:
- Bitcoin turun 0,8% ke US$106.926
- Ether turun 1,2% ke US$2.416
Obligasi:
- Imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik tiga basis poin ke 4,27%
- Imbal hasil Jerman naik dua basis poin ke 2,59%
- Imbal hasil Inggris naik tiga basis poin ke 4,50%
Komoditas:
- Minyak WTI turun 0,1% ke US$65,15 per barel
- Emas spot turun 1,7% ke US$3.270,92 per ons
(bbn)