Menurut Bahlil, ECML telah mendapat penyesuaian insentif selepas berhasil mengerek capaian lifting per bulan ini.
“Sekarang kan saya sudah naikkan, insentifnya dia sudah tahu,” tuturnya.
Adapun, nilai investasi dari proyek peningkatan lifting lapangan Banyu Urip, Blok Cepu diperkirakan mencapai US$4 miliar.
Sementara itu, kata Bahlil, program peningkatan lifting dari Blok Cepu telah menyumbang sekitar US$30 miliar untuk pendapatan negara.
“Jadi kita investasi US$4 miliar, tetapi pendapatan negara dari totalnya sudah mencapai US$30 miliar,” tuturnya.
Cadangan migas di Blok Cepu ditemukan sejak 2001. Kontrak kerja sama Blok Cepu ditandatangani pada 17 September 2005 dengan EMCL sebagai operator.
Anak usaha ExxonMobil Corporation itu memegang 45% saham partisipasi, bersama Pertamina EP Cepu yang memegang 45% saham dan Badan Kerja Sama Blok Cepu (BKS) dengan 10% saham.
Rencana pengembangan lapangan disetujui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 15 Juli 2006. Cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip saat itu diperkirakan sebesar 450 juta barel.
“ExxonMobil sangat berkomitmen dan loyal dengan Indonesia untuk berpartisipasi dalam ketahanan energi nasional,” kata Presiden ExxonMobil Indonesia Wade Floyd saat seremoni peresmian proyek secara hibrida dari Lapangan Banyu Urip.
(naw/del)






























