Blok Corridor juga tercatat memiliki tujuh lapangan produksi gas dan satu lapangan produksi minyak, seluruhnya berlokasi di daratan Sumatra Selatan.
Penjualan gas dari blok tersebut dilakukan melalui kontrak jangka panjang kepada pembeli di Singapura dan Indonesia, termasuk PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS), PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Pupuk Sriwijaya, dan PT Energasindo Heksa Karya.
Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada medio Desember 2023 telah resmi menyetujui pengajuan amendemen production cost sharing (PSC) di Blok Corridor.
Dengan demikian, PSC Corridor kembali menjadi kontrak bagi hasil atau cost recovery dari sebelumnya dengan skema gross split.
Per akhir 2023, total penyerahan harian gas berdasarkan kontrak dari Blok Corridor telah mencapai di kisaran 700 billion british thermal unit per day (BBtud), dengan alokasi penjualan 83% untuk pembeli domestik, dan sisanya 17% diekspor ke Singapura.
Menurut catatan Medco, produksi gas di Blok Corridor dilaporkan mencapai sekitar 500 MMscfd pada 2022. Tahun berikutnya, produksinya turun menjadi 400 MMscfd lantaran beberapa lapangan eksplorasi telah memasuki masa tua atau mature.
(wdh)