Logo Bloomberg Technoz

“Bukan kami enggak tahu, kami tahu itu, tetapi kasih kami waktu juga untuk melakukan hal ini.”

Dalam paparannya, Bahlil menyebut Lusatia, yang merupakan daerah pertambangan batu bara di Jerman, berhasil melakukan transformasi berkelanjutan menjadi daerah wisata dan pembangkitan EBT.

Bahlil menuturkan ketika diversifikasi pascatambang dilakukan, maka hilirisasi tidak terjadi pada waktu tertetu melainkan menjadi berkesinambungan.

Di sisi lain, lanjutnya, ekosistem hilirisasi yang terbentuk di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah cukup baik karena RI telah memiliki lembaga yang menaungi hilirisasi seperti Kementerian Investasi dan Hilirisasi, tata kelola diawasi oleh Satuan Tugas Hilirisasi, serta lembaga keuangannya di bawah Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

“Kebijakan regulasi di Undang-undang Minerba sekarang sudah memberikan ruang sebesar-besarnya kepada pengusaha daerah untuk mengambil bagian dan keberlanjutan dan lingkungannya juga kita harus jaga,” imbuhnya.  

“Kalau ini mampu kita lakukan maka kita menjawab kondisi geopolitik yang tidak menentu seperti sekarang dengan kemandirian nasional.”

Ketua Badan Kejuruan (BK) Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli belum lama ini memperkirakan cadangan tertakar nikel Indonesia hanya tersisa 9—13 tahun lagi, sehingga membuka risiko makin tingginya candu impor bijih dalam industri hilirisasi komoditas tersebut.

Rizal menjelaskan smelter nikel, khususnya pirometalurgi atau yang berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF), membutuhkan nikel dengan kadar tinggi di atas 1,5% atau saprolit. Di sisi lain, cadangan nikel jenis tersebut sudah makin tergerus di dalam negeri.

“Cadangan kita, itu kalau dihitung, beberapa ahli menyatakan antara 9—13 tahun daya tahannya. Itu bukan waktu yang lama. Kita belum apa-apa sudah pensiun. Habis sudah. Kalau menurut saya, karena smelter itu banyak sekali dibangun; 100 lebih, bahkan 144 terakhir ya,” ujarnya.

Pertumbuhan investasi smelter RKEF yang terlalu pesat, lanjutnya, berbanding lurus dengan permintaan yang tinggi terhadap nikel saprolit untuk bahan baku baja nirkarat. 

Menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total cadangan bijih nikel mencapai 5,32 miliar ton dan cadangan logam nikel 56,11 juta ton per 2024, di mana Maluku Utara menjadi provinsi dengan jumlah cadangan yang paling banyak. Perinciannya, 60% merupakan cadangan saprolit dan 40% limonit. 

Adapun, total sumber daya bijih nikel adalah 18,55 miliar ton dan total sumber daya logam nikel adalah 184,6 juta ton.

(mfd/wdh)

No more pages