Margin laba operasi juga diperkirakan turun menjadi 13,6% dari sebelumnya 16,2%. Margin laba bersih XLSmart di tahun ini bahkan diperkirakan turun menjadi hanya tersisa 3,3% dari sebelumnya mencapai 5,3% untuk realisasi 2024.
Penurunan margin laba bersih itu bisa diterjemahkan dengan perkiraan penurunan laba bersih XLSmart sebesar 19,57% secara tahunan menjadi Rp1,46 triliun dari sebelumnya mencapai Rp1,82 triliun di 2024.
"Lonjakan pendapatan tersebut tidak dibarengi dengan perbaikan margin keuntungan. Beban integrasi yang tinggi, peningkatan depresiasi akibat aset gabungan, serta tekanan pada ARPU menjadi faktor utama yang menekan profitabilitas," seperti dikutip dari riset Mandiri Sekuritas, Senin (23/6/2025).
Rata-rata pendapatan per pengguna atau average revenue per user (ARPU) XL Smart tahun ini diperkirakan turun turun 3,5% menjadi Rp41.500 per bulan pada 2025, akibat masuknya pelanggan Smartfren yang memiliki rata-rata ARPU jauh lebih rendah, yakni Rp24.000 per bulan.
Bahkan, ARPU di 2026 diperkirakan bisa menjadi lebih rendah, di kisaran Rp36.400 per bulan. Padahal, sebelum merger, ARPU XL Axiata tercatat lebih tinggi di kisaran Rp43.000 .
“Smartfren membawa volume, tapi tidak membawa kualitas pendapatan,” demikian implikasi utama yang dapat ditarik dari laporan tersebut.
Penurunan ARPU ini menjadi pertanda bahwa strategi akuisisi dengan memprioritaskan ekspansi basis pelanggan belum tentu langsung menguntungkan, terutama ketika pelanggan baru berasal dari segmen yang lebih sensitif terhadap harga.
Jangka Panjang
Sinergi keduanya baru akan terasa tiga hingga empat tahun ke depan. Merger XL Axiata dan FREN diperkirakan membawa pemasukan baru antara US$300 juta hingga US$400 juta selama periode ini.
Perkiraan itu sejalan dengan membaiknya kualitas ARPU, yang bisa kembali meningkat hingga di kisaran Rp38.800 per bulan mulai 2027.
Mandiri Sekuritas juga mencatat bahwa XL Axiata pada dasarnya telah menaikkan harga produk sejak beberapa kuartal terakhir, namun dampaknya terhadap kinerja belum signifikan.
Dengan kata lain, konsumen belum cukup kuat secara daya beli untuk menyerap kenaikan harga tersebut, membuat strategi monetisasi pascamerger menjadi lebih rumit.
Mandiri Sekuritas merekomendasikan neutral untuk saham EXCL dengan target harga Rp2.400/saham.
Jelang akhir Maret kemarin, XL Axiata dan FREN menggelar RUPST. Pemegang saham kedua pihak menyepakati rencana merger keduanya, yang akan melahirkan entitas baru dengan valuasi perusahaan senilai Rp104 triliun.
Mandiri Sekuritas bukans satu-satunya yang tidak lagi bullish dengan EXCL. JP Morgan pada 22 Juni kemarin juga menurunkan rekomendasinya menjadi underweight, dengan target harga Rp1.640/saham.
Citi juga menurunkan rekomendasinya menjadi sell dengan target harga Rp1.625/saham.
Berdasarkan konsensus analis yang disurvey Bloomberg, sebanyak 21 analis merekomendasikan buy saham EXCL. Ada enam analis merekomendasikan hold dan lima analis lainnya merekomendasikan sell.
Target harga untuk 12 bulan ke depan ada di level Rp2.619/saham.
(dhf)