“Kita sebarluaskan adalah berani tes itu hebat, karena itu berarti memutus rantai penularan. Pesan kuncinya adalah bagaimana kita memahami bahwa adalah penyakit yang bisa dicegah dan bisa diobati dan perlu dukungan untuk sama-sama kita menghilangkan stigma dan diskriminalitas,”.
IMS sendiri adalah bagian penyakit menular yang dapat berpotensi terkena Human Immunodeficiency Virus atau HIV.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan di periode 2024 terdapat sekitar 4.500 kasus IMS pada rentang kelompok muda usia 15-19 tahun. Dalam tiga tahun terakhir rinciannya seperti ini:
- 2022 ada 2.569 kasus
- 2023 ada 3.222 kasus
- 2024 ada 4.589 kasus
Hal ini juga terlihat pada kelompok usia produktif lain di rentang usia 20 tahun sampai 24 tahun.
Pada tahun 2022 terjadi ada 1.529 kasus, sementara kenaikan 15.170 kasus, hampir lebih dari 10 kali lipat.
Kemudian tren terbanyak kasus IMS ada pada usia 25 tahun ke atas, pada tahun 2023 dan 2024 hasilnya mencapai 30 ribu ke atas.
Lebih lanjut Ina mengatakan sebab terjadinya peningkatan kelompok remaja pada kasus infeksi menular (IMS) terjadi karena berbagai faktor, termasuk pengetahuan tentang seksualitas, perilaku seksual tidak aman.
“Serta minim akses layanan kesehatan reproduksi,”imbuhnya.
(dec/spt)
































