Pemangkasan impor gas alam dari Israel memaksa Mesir menghentikan pasokan ke beberapa sektor industri dan beralih ke penggunaan solar di pembangkit listrik untuk menghindari pemadaman listrik seperti yang terjadi di musim panas-musim panas sebelumnya. Mesir mulai kembali menerima pasokan kecil gas dari Israel pada Kamis, mengakhiri penghentian selama enam hari.
Dalam kesepakatan yang direncanakan, Qatar akan memberikan US$1 miliar kepada Mesir segera setelah penandatanganan, lalu menyalurkan sisanya dalam 12 bulan berikutnya, kata para sumber.
Pejabat dari Mesir dan Qatar belum menanggapi permintaan komentar. Kedua negara sebelumnya mengumumkan pada bulan April bahwa mereka akan “bekerja menuju” paket investasi senilai US$7,5 miliar untuk Mesir dalam jangka waktu yang belum ditentukan.
Kesepakatan semacam ini akan memperkuat peran Qatar — negara kaya energi — dalam pemulihan Mesir, seiring dengan janji pemerintah untuk membenahi perekonomian yang sangat bergantung pada impor setelah memperoleh paket penyelamatan sebesar US$57 miliar yang juga melibatkan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Uni Eropa.
Pihak berwenang sebelumnya menyatakan bahwa mereka berupaya meniru kesepakatan senilai US$24 miliar dengan Uni Emirat Arab untuk mengembangkan Ras El-Hekma, sebuah tanjung yang tiga kali lebih besar dari Manhattan, di mana pembangunan kota baru dan bandara termasuk dalam rencana fasilitasnya.
Presiden Mesir Abdel-Fattah El-Sisi pekan lalu mengeluarkan dekret yang mengalokasikan lahan milik negara seluas 174,4 kilometer persegi (67 mil persegi) di pesisir Laut Merah kepada kementerian keuangan.
Pemerintah menyatakan lahan tersebut akan dijadikan jaminan untuk penerbitan sukuk negara dan akan mencakup proyek-proyek pariwisata serta properti, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Kesepakatan UEA pada 2024 mencakup konversi simpanan Emirat di bank sentral Mesir menjadi bentuk investasi. Bloomberg sebelumnya melaporkan bahwa Kuwait sedang merencanakan langkah serupa terhadap US$4 miliar dana yang disimpan di regulator keuangan Mesir. Sebaliknya, dana sebesar US$3,5 miliar yang sedang dibahas dengan Qatar disebut sebagai likuiditas segar, menurut para sumber.
Sementara itu, Arab Saudi — ekonomi terbesar di Timur Tengah — tampaknya belum siap untuk ikut serta. Mesir menyatakan tahun lalu bahwa dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) milik kerajaan itu siap untuk berinvestasi sebesar US$5 miliar, namun hingga kini belum ada kesepakatan yang terealisasi.
Sumber yang mengetahui pembahasan menyebutkan bahwa tidak ada kesepakatan dengan Arab Saudi dalam waktu dekat, sehingga kemungkinan besar tidak akan ada pergerakan apa pun tahun ini.
(bbn)
































