Saham-saham konsumen non primer, saham teknologi, dan saham keuangan menjadi pemberat laju IHSG hingga terbenam di zona merah, dengan melemah mencapai 1,29%, 1,2%, dan 0,84%.
Saham konsumen non primer yang menjadi pemberat IHSG sepanjang perdagangan hari ini adalah saham PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) drop 14,8%, dan saham PT MNC Land Tbk (KPIG) melemah 6%. Selain itu pelemahan juga terjadi pada saham PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) ambles 5,1% point-to-point.
Senada, saham teknologi turut menjadi pemberat, saham PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) drop 6,1%, saham PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) melemah 5,32%. Begitu juga dengan saham PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) terdepresiasi 3,59%.
Index saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan juga ambles dan terbenam di zona merah, dengan pelemahan mencapai 0,89% ke posisi 792,75.
Saham-saham LQ45 yang tercatat melemah harganya adalah saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) ambles 4,68%, saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) terpeleset 4,68%, dan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) drop 4%
Tren negatif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, saham PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) mencatat pelemahan 3,74%, saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) terjungkal 3,21%. Termasuk saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) ambles 3,11%.
Bank Indonesia Tahan BI Rate di 5,5%
Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juni 2025. Sesuai ramalan pasar, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memutuskan untuk mempertahankan BI Rate.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17–18 Juni 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di 5,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,25%.
Keputusan ini searah dengan dugaan sebelumnya. Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg menghasilkan median perkiraan BI Rate masih akan tetap dipertahankan di level saat ini di 5,5%.
“BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate 5,5%. Demikian juga suku bunga deposit facility tetap di level 4,75% dan suku bunga lending facility 6,25%,” papar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Rabu.
Perry menjelaskan keputusan ini sejalan dengan tetap berjalannya tingkat inflasi yang sesuai sasaran dan kestabilan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang tinggi. Selain itu, hal ini juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Pertemuan dilangsungkan di tengah perkembangan geopolitik yang berubah dramatis menyusul serangan Israel pada Iran pada Jumat lalu, ketika pasar belum lepas dari kekhawatiran akan dampak perang dagang serta kelesuan pertumbuhan ekonomi yang menyertainya.
Alasan Bank Indonesia Mempertahankan BI Rate
BI mengatakan alasan mempertahankan BI Rate sejalan dengan tetap terjaganya proyeksi inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5% plus minus satu persen, stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan BI Rate untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertahankan inflasi sesuai dengan sasarannya dan stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya.
Pada kesempatan yang sama, BI melaporkan kinerja kredit perbankan pada Mei 2025 yang tumbuh melambat di 8,43% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan kredit perbankan pada April 2025, yang mencapai 8,88% (yoy).
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit terutama didorong oleh sektor jasa sosial, industri, dan lainnya. Sementara itu, kredit ke sektor perdagangan, pertanian, dan jasa dunia usaha perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi.
Dari sisi penawaran, preferensi perbankan pada penanaman surat-surat berharga masih kuat di tengah standar penyaluran kredit (lending standard) yang mulai meningkat.
BI mengklaim kondisi likuiditas perbankan masih memadai, meskipun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung melambat dari awal Januari 2025 sebesar 5,51% (yoy) menjadi 4,29% (yoy) pada Mei 2025.
(fad)
































