Logo Bloomberg Technoz

Sebelumnya, lembaga pemeringkat global S&P Global Ratings juga memperkirakan, BI rate kemungkinan akan terus dipangkas hingga menyentuh 4,75% pada akhir tahun ini. 

Kelesuan ekonomi domestik jadi pendorong utama dengan Produk Domestik Bruto tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 4,6%, terendah sejak 2009 di luar periode resesi pandemi.

Pengucuran stimulus fiskal yang telah diumumkan Pemerintah RI dinilai akan membantu rumah tangga rentan, akan tetapi tidak akan banyak mengubah prospek perekonomian tahun ini yang suram.

Butuh Pelonggaran

Bank Indonesia telah menurunkan BI rate sebanyak 25 bps pada pertemuan Mei lalu, sesuai ekspektasi pasar di tengah kinerja rupiah yang stabil dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan domestik yang terindikasi semakin 'kurang darah'.

Berdasarkan data-data terakhir yang dilansir, sejatinya pelonggaran moneter lebih lanjut masih dibutuhkan agar konsumsi rumah tangga mendapatkan dukungan dan dunia usaha lebih menggeliat. 

Data penjualan eceran yang lesu, ditambah keyakinan konsumen yang terperosok dalam dengan kondisi keuangan makin suram terutama di kelas menengah, intervensi dari sisi moneter masih dibutuhkan. 

Bank Indonesia sebenarnya juga memiliki ruang tersebut. Sejak RDG Mei yang memutuskan penurunan BI rate, kinerja rupiah telah mencetak penguatan 0,8%, ketiga terbaik di Asia mengalahkan won, ringgit dan yuan.

Penguatan rupiah terutama didukung oleh mulai masuknya arus modal global ke pasar saham, meski masih belum sebesar animo di pasar surat utang negara. 

Kinerja rupiah, IHSG, juga SBN sepanjang tahun 2025 hingga perdagangan 11 Juni lalu  (Riset Bloomberg Technoz)

Selama Mei lalu, asing membukukan net buy di pasar saham RI sebesar US$ 337,1 juta, sekitar Rp5,48 triliun. Namun, asing kembali mencetak posisi jual bersih pada Juni, sebesar US$ 216,9 juta month-to-date sampai data perdagangan kemarin, setara dengan Rp3,52 triliun dengan kurs dolar AS saat ini.

Adapun di pasar surat utang negara, berdasarkan data otoritas yang dikompilasi oleh Bloomberg, pemodal global membukukan net buy di pasar SUN senilai US$ 2,46 miliar quarter-to-date, sekitar Rp40,12 triliun sampai data terakhir per 12 Juni.

Di sisi lain, inflasi juga terindikasi makin landai. Per Mei lalu, inflasi kian rendah di 1,60% year-on-year dengan inflasi inti yang mencerminkan tingkat permintaan dalam ekonomi juga tergerus menjadi 2,40% dari bulan sebelumnya di 2,50%.

Ekspektasi inflasi juga masih rendah pada Juni dan Juli ini. Inflasi diperkirakan akan cukup stabil pada Agustus, sebelum berlanjut menurun lagi pada September dan Oktober.

Bila melihat dua hal itu, ruang pemangkasan bunga acuan seharusnya terbuka. Akan tetapi, perkembangan geopolitik terkini mungkin akan mengerem langkah Bank Indonesia.

Tensi konflik yang berkepanjangan bisa melonjakkan harga minyak dunia dan berdampak pada biaya fiskal yang membengkak dan inflasi harga energi.

Lebih dari itu, ketegangan geopolitik memicu sentimen risk-off yang bisa memantik arus keluar modal asing dari aset-aset yang dinilai berisiko termasuk aset di emerging market seperti Indonesia. Arus keluar modal asing dapat menyeret rupiah lebih buruk lagi.

Perang Tarif 

Sebelum pecah serangan Israel ke Iran, pasar masih dibekap oleh isu perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, serta makin dekatnya tenggat jeda tarif resiprokal AS terhadap beberapa negara termasuk Indonesia.

Pekan lalu, AS dan Tiongkok telah mencapai kesepakatan di London yang meredakan ketegangan di antara keduanya. Setelah itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan, ia berencana mengirim surat kepada mitra dagang dalam satu hingga dua pekan ke depan untuk menetapkan tarif sepihak, sebelum batas waktu 9 Juli untuk mengenakan kembali bea masuk yang lebih tinggi pada puluhan negara.

Donald Trump. (Lo Scalzo/EPA/Bloomberg)

"Kami akan mengirim surat dalam waktu sekitar satu setengah minggu, dua minggu, ke negara-negara, untuk memberi tahu mereka apa kesepakatannya," kata Trump, dilansir dari Bloomberg News.

Di sisi lain, ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve, bank sentral AS, juga kian susut kendati tingkat inflasi negeri itu melemah dengan kondisi pasar kerja agak memburuk. Pasar kini memperkirakan pemangkasan bunga acuan The Fed baru akan terjadi paling cepat pada September nanti.

The Fed akan mengumumkan kebijakan bunga acuan pada Rabu siang waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia di mana pasar memprediksi tidak ada perubahan tingkat bunga.

Dalam keseluruhan lanskap tersebut, mempertahankan BI rate di level 5,50% dinilai akan lebih 'aman' dalam menjaga sentimen di pasar.

"Kinerja rupiah pada bulan lalu melampaui mata uang lain di Asia. Namun, melanjutkan pemangkasan bunga acuan akan terlalu berisiko bagi sentimen dana asing," menurut Ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson, dalam catatannya hari ini.

(rui/aji)

No more pages