Harga emas pun sah naik 3 hari berturut-turut. Selama 3 hari tersebut, harga terdongkrak 1,67%.
Rilis data di Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen positif bagi harga emas. US Bureau of Labor Statistics melaporkan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di Negeri Paman Sam pada Mei berada di 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Memang lebih tinggi dibandingkan April yang sebesar 2,3% yoy. Namun lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar yang memperkirakan di 2,5% yoy.
Dibandingkan April (month-to-month/mtm), inflasi Mei tercatat 0,1%. Lebih rendah dibandingkan April yang sebesar 0,2% mtm dan perkiraan pasar yang juga 0,2% mtm.
Adapun laju inflasi inti (core) secara tahunan adalah 2,8% yoy. Tidak berubah dari posisi April dan menjadi yang terendah sejak 2021.
Sedangkan inflasi inti secara bulanan ada di 0,1% mtm pada Mei. Lebih rendah ketimbang April yang sebesar 0,2% mtm dan ekspektasi pasar dengan perkiraan 0,3% mtm.
Perkembangan ini menggambarkan tekanan inflasi di AS tidak terlalu berat, bahkan minim saja. Artinya, peluang bank sentral Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan tetap terbuka.
Dalam dot plot terbaru, The Fed memperkirakan bisa terjadi penurunan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) tahun ini. Pasar pun memperkirakan demikian.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi lebih menguntungkan saat suku bunga bergerak turun.
(aji)