Di pasar ekuitas negeri ginseng itu, selama pekan ini hingga data 5 Juni kemarin, modal global mencetak net buy sebesar US$ 1,75 miliar. Bahkan pada perdagangan Kamis saja, global fund memborong saham Korea senilai US$ 705,4 juta, menyusul kepastian hasil Pemilu Korsel yang memenangkan aktivis buruh Lee Jae-myung.
Pemodal global juga menyerbu pasar saham Vietnam pada saat yang sama, meski nilainya kecil hanya US$ 5,9 juta week-to-date.
Di pasar surat utang negara, mengacu pada data Kementerian Keuangan, asing masih membukukan net sell sebesar US$ 109,6 juta selama pekan ini hingga data 3 Juni.
Modal global terindikasi banyak berbelanja surat utang pemerintah di Korea Selatan dan Thailand, sampai data 4 Juni, masing-masing sebesar US$ 402,1 juta dan US$ 94,1 juta week-to-date.
Sedangkan di pasar fixed income India, pemodal global juga masih net sell U$ 384,1 juta week-to-date hingga data 3 Juni.
Animo dana global yang besar pada aset di Korsel seiring kepastian politik, berhasil mendongkrak pamor mata uangnya, yakni won, yang membukukan penguatan hingga 2,07% selama empat hari pekan ini.
Sementara, tekanan jual yang melanda saham di Indonesia telah membatasi peluang penguatan rupiah sehingga hanya membukukan kenaikan nilai 0,09%, kalah oleh ringgit, baht juga peso. Tapi, masih lebih baik ketimbang dolar Taiwan, rupee dan dolar Hong Kong. Rupiah masih terbantu oleh arus beli asing yang stabil.
(rui)





























