Logo Bloomberg Technoz

RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Bahkan batu bara sudah hampir masuk area jenuh beli (overbought) dengan RSI yang sudah nyaris menyentuh 70.

Sementara indikator Stochastic RSI ada di 60. Menghuni area beli (long) yang sangat kuat.

Dengan kenaikan yang sudah lumayan tajam akhir-akhir ini, ada kemungkinan batu bara akan mengalami koreksi teknikal. Apalagi harga sudah berada di pivot point US$ 104/ton.

Ada risiko harga batu bara akan menguji support di US$ 103/ton yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-20 di US$ 100/ton bisa menjadi target selanjutnya.

Target paling pesimistis ada di US$ 98/ton. 

Adapun target resisten terdekat adalah US$ 106/ton. Penembusan di titik ini berpotensi mengerek harga batu bara ke kisaran US$ 107-109/ton.

Target paling optimistis ada di US$ 123/ton.

Harga Listrik

Meski naik akhir-akhir ini, tetapi sejatinya harga batu bara masih dalam tren turun. Sepanjang 2025 (year-to-date), harga masih anjlok 16,61%. Dalam setahun terakhir, harga ambruk 23,76%.

Kejatuhan harga batu bara menyebabkan harga energi ikut turun. Bloomberg News mengabarkan, rata-rata harga energi di Provinsi Jiangsu (China) ada di CNY 313 per MWh bulan ini. Turun 24% dibandingkan Juni tahun lalu.

Sedangkan di Guangdong, harga kontrak listrik untuk Juni ada di CNY 373 per MWh. Melemah 8,3%.

Penyebab utama penurunan harga listrik adalah harga batu bara yang murah. Sebab, lebih dari separuh pembangkitan listrik di China masih menggunakan sumber energi batu bara.

“Biaya pembangkitan turun drastis. Pembangkit tenaga listrik bisa menjual dengan harga murah karena biaya pembangkitan yang rendah,” kata David Fishman dari The Lantau Group. 

(aji)

No more pages