Logo Bloomberg Technoz

"Isu tarif dagang AS terhadap sejumlah negara, serta suku bunga The Fed yang tetap tinggi, menyebabkan pelaku pasar cenderung wait and see, termasuk investor di Indonesia. Akibatnya, aktivitas transaksi mengalami penurunan karena minimnya sentimen positif baru yang bisa mendorong pergerakan pasar," jelasnya. 

Meski demikian, dirinya menekankan bahwa dinamika pasar kripto bersifat siklus dan bukan hal yang mengkhawatirkan. 

"Kami optimis akan adanya pemulihan, sebagaimana terlihat pada akhir Mei lalu ketika harga Bitcoin kembali naik dan mencetak rekor baru. Sentimen ini langsung berdampak positif terhadap platform kami, yang mencatatkan lonjakan volume transaksi harian sebesar 10–20%, dari rata-rata US$30 juta sebelumnya," ungkpanya. 

Adapun terkait jumlah pengguna yang secara tahunan juga diketahui mengalami penurunan, Calvin menjelaskan hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh penyesuaian metode pelaporan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

"Besar kemungkinan terdapat perubahan dalam metode perhitungan jumlah investor, serupa dengan sistem Single Investor Identification (SID) di pasar saham. Untuk informasi lebih lengkap mengenai penyesuaian data ini, kami menyarankan untuk menghubungi langsung pihak OJK," pungkasnya. 

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi mencatat data capaian transaksi produk kripto per April 2025 sekitar Rp35,61 triliun dan dihasilkan dari 14,16 juta pengguna yang ada di Indonesia.

(wep)

No more pages