PKR sendiri lahir dari gerakan protes atas pemecatan Anwar sebagai wakil perdana menteri oleh mentor politiknya, Mahathir Mohamad, pada 1998. Menanggapi tudingan nepotisme setelah terpilihnya Nurul Izzah, Anwar selaku presiden partai membantah adanya praktik tersebut dalam kepemimpinan partai.
Kantor Perdana Menteri belum memberikan komentar terkait pengunduran diri Rafizi.
Rafizi telah mengabdi di PKR selama hampir 27 tahun, mulai dari memimpin kampanye International Free Anwar, menjabat sebagai pimpinan sayap pemuda partai di masa awal berdiri, hingga menulis buku yang menjelaskan kasus pengadilan Anwar. Anwar sendiri pernah dipenjara usai krisis finansial Asia atas tuduhan sodomi dan penyalahgunaan kekuasaan — tuduhan yang ia bantah — dan kembali dipenjara pada 2015 atas kasus sodomi lainnya.
Menjelang pemilu internal pekan lalu, Rafizi sempat menyampaikan adanya keluhan soal pelaksanaan pemilihan di tingkat divisi. Namun, Komite Pemilihan Pusat PKR menegaskan bahwa proses pemungutan suara telah berlangsung secara transparan.
Dalam pernyataannya Rabu (28/5/2025), Rafizi menyatakan optimistis bahwa program-program kementeriannya untuk memperbaiki struktur ekonomi negara akan tetap dijalankan dengan baik. Ia menambahkan, tugas terakhirnya sebagai menteri adalah merampungkan Rencana Malaysia ke-13, cetak biru ekonomi lima tahunan yang akan diserahkan ke parlemen. Ia berharap kabinet tetap mempertahankan "beberapa reformasi berani", termasuk di Kementerian Pendidikan, dalam rencana tersebut meskipun ia tidak lagi menjabat.
“Perjalanan kita untuk mentransformasi struktur ekonomi negara menjadi lebih kuat dan menuju status negara berpendapatan tinggi masih panjang,” ujar Rafizi. “Karena itu, kita harus terus membuat keputusan yang tepat demi jangka panjang, meskipun keputusan itu sulit dan berliku, demi masa depan generasi akan datang.”
(bbn)































