Saat ini, dia menambahkan, perseroannya tengah menyelesaikan lelang untuk proyek rekayasa, pengadaan dan kontruksi atau engineering, procurement, and construction (EPC).
“FID itu kan kalau tidak salah pada kuartal IV rencanannya,” kata dia.
Mengutip laman Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), proyek itu didesain untuk mengolah minyak mentah hingga 300.000 barel per hari (bph).
Proyek itu pada awalnya ditaksir menelan investasi mencapai sekitar US$13,5 miliar atau Rp226,93 triliun (asumsi kurs Rp16.810 per dolar AS).
Proyek yang dikerjakan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) itu molor dari target FID yang ditagih Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun lalu.
PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaannya, KPI menguasai 55% saham PRPP, sedangkan 45% sisanya dikuasai oleh afiliasi Rosneft di Singapura, Rosneft Singapore Pte Ltd (dahulu Petrol Complex Pte Ltd).
Sebelumnya, Kementerian ESDM menegaskan Rusia masih berkomitmen untuk melanjutkan investasi megaproyek GRR Tuban.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menuturkan komitmen itu disampaikan oleh Wakil Menteri Energi Rusia saat pertemuan Februari 2025. Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung disebut ikut hadir dalam persamuhan itu.
"Waktu pertemuan Februari kita tanyakan, kita sampaikan begitu dan mereka tetap memberikan komitmen untuk cari cara khususnya pendanaan,” kata Dadan saat ditemui di sela Pertemuan Sidang Komisi Bersama ke-13 antara Indonesia dan Rusia, di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Dadan mengatakan hingga kini pemerintah masih mempertahankan janji final FID Rosneft untuk melanjutkan proyek GRR, yang terkatung-katung usai Rusia disanksi Barat akibat invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Hanya saja, Dadan belum dapat memastikan ihwal waktu pasti FID Kilang Tuban bisa diteken bersama dengan Rosneft.
“Kan harus ada duitnya dahulu ya. Namun, sudah ada komitmen dari situ,” kata Dadan.
(naw/wdh)































