Logo Bloomberg Technoz

Di bidang perdagangan, Amerika Serikat (AS) dan China terus melanjutkan dialog seputar tarif bea masuk impor. Pekan lalu, kedua negara telah berdialog di Swiss dan menyepakati sejumlah poin penting, di antaranya penurunan tarif bea masuk untuk 90 hari ke depan.

“Emas sudah mulai kelelahan. Isu tarif mengalami de-eskalasi sehingga menyingkirkan ketidakpastian, setidaknya untuk saat ini,” kata Christopher Wong, Currency Strategist di Oversea-Chinese Banking Corp, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven asset). Saat situasi kalem, tenang, minim guncangan, biasanya investor akan cenderung memilih aset-aset yang berisiko dan bisa memberi cuan secara instan.

Analisis Teknikal

Setelah minggu ini lesu, bagaimana prediksi harga emas untuk pekan depan? Apakah bisa turun lagi atau mampu bangkit berdiri?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas tersangkut di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46,88. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.

Namun, indikator Stochastic RSI sudah berada di 10,32. Cukup jauh di bawah 20, yang berarti sudah sangat jenuh jual (oversold).

Oleh karena itu, sejatinya harga emas berpeluang naik minggu depan. Target resisten terdekat adalah US$ 3.221/troy ons yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 3.286/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.

Target paling optimistis adalah US$ 3.303/troy ons.

Sedangkan target support terdekat ada di US$ 3.162/troy ons. Target paling pesimistis adalah US$ 2.795/troy ons.

(aji)

No more pages