Logo Bloomberg Technoz

Pengumuman "Liberation Day" Trump pada 2 April tentang tarif terhadap puluhan negara membuat pasar terpukul, dan beberapa hari kemudian ia mengumumkan jeda tarif 90 hari untuk mencapai kesepakatan dagang. 

Dimon berulang kali meminta Menteri Keuangan Scott Bessent untuk memimpin perundingan, dan melalui surat pemegang saham tahunannya bulan lalu, mendesak penyelesaian cepat atas ketidakpastian tersebut.

Jamie Dimon (Marco Bello/Bloomberg)

Dimon mengatakan dalam wawancara tersebut bahwa volatilitas terus berlanjut baru-baru ini, dan volume perdagangan JPMorgan tetap tinggi sebagai akibatnya. "Anda melihat contoh di mana ada volatilitas yang baik dan ada volatilitas yang buruk," ujarnya. "Yang ini kebetulan baik. Yang berikutnya mungkin tidak begitu baik."

CEO berusia 69 tahun ini mengatakan sejumlah dampak akibat gejolak tarif bisa berupa penurunan investasi yang masuk ke AS. "Akan ada sedikit dampaknya," beber Dimon. "Kami membuat banyak orang kesal. Saya bertemu mereka, mereka bilang, Anda tahu, mereka tidak membeli bourbon Kentucky kami."

Menurut Dimon, bukan berarti dampaknya akan terasa secara luas. "Apakah Amerika merupakan tujuan investasi yang buruk? Tidak. Jika Anda mengambil seluruh uang Anda dan menaruhnya di satu negara, tetap saja Amerika."

Para pedagang saham JPMorgan mencatat rekor pendapatan pada kuartal pertama yang terkait dengan pergerakan pasar yang kacau. Ini terjadi sebelum tarif 2 April dan jeda berikutnya. Para analis memperkirakan total pendapatan perdagangan bank terbesar di AS ini akan naik lagi pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya.

Dimon juga mengatakan ia terdorong oleh prospek negosiasi antara Uni Eropa dan Inggris. "Mereka memiliki peluang untuk benar-benar mengembangkan hubungan yang baik, sebagian menebus bencana akibat Brexit," paparnya.

(bbn)

No more pages