Qatar sepakat membeli 130 unit 787 Dreamliner dan 30 unit 777X, dengan opsi tambahan hingga 50 pesawat berbadan lebar dari kedua jenis tersebut, menurut pernyataan bersama dari Boeing dan maskapai. GE Aerospace menyebutkan kesepakatan ini mencakup lebih dari 400 mesin, menjadikannya kontrak terbesar untuk mesin jet berbadan lebar.
"Setelah dua tahun berturut-turut mencatatkan kinerja komersial yang luar biasa, pemesanan bersejarah ini menegaskan bahwa kami tidak hanya mengejar pertumbuhan, tetapi juga membangun fondasi yang lebih kuat," ujar CEO Qatar Airways, Badr Mohammed Al-Meer, dalam pernyataannya.
Boeing menyebutkan pesawat-pesawat pesanan Qatar akan diproduksi hingga dekade berikutnya.
Ortberg turut mendampingi Trump dalam kunjungan regional ini, termasuk pemberhentian pertama di Arab Saudi pada Selasa, di mana Boeing juga mendapatkan komitmen pesanan senilai $4,8 miliar dari dana kekayaan negara tersebut. Trump memberi ucapan selamat kepada Ortberg setelah kesepakatan besar di Qatar diteken, dan menyebut kesepakatan ini sebagai rekor yang akan mendukung penciptaan lapangan kerja di AS.
Hubungan antara Trump dan Ortberg sebelumnya tidak selalu mulus. Trump sempat mengkritik Boeing karena keterlambatan pengiriman dua pesawat Air Force One baru yang dipesan saat masa jabatan pertamanya. Ortberg menyatakan bahwa Boeing telah menemukan cara untuk mempercepat program tersebut, meski proyek ini sudah tertunda selama beberapa tahun.
Isu keterlambatan pesawat kepresidenan membayangi perjalanan Trump, setelah ia mengonfirmasi bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk menerima pesawat Boeing 747-8 milik Qatar yang telah dimodifikasi sebagai jet pribadi. Trump mengatakan pesawat itu akan dihibahkan kepada Departemen Pertahanan AS dan bisa digunakan sebagai solusi sementara selagi Boeing menyelesaikan Air Force One yang baru—meskipun wacana ini menuai kontroversi di kedua kubu politik di AS.
Ortberg kembali dari masa pensiun tahun lalu untuk memulihkan Boeing, yang terjerembab dalam krisis setelah insiden nyaris fatal pada awal 2024 yang membuka borok tentang kelalaian serius di pabrik dan pemasok utamanya. Sejak menjabat, Ortberg harus menghadapi mogok kerja besar-besaran, memperbaiki neraca perusahaan lewat pendanaan baru, dan membawa Boeing kembali ke jalur peningkatan produksi untuk 737 Max dan 787 Dreamliner.
Investor menyambut baik kesepakatan di Doha, dengan saham Boeing naik hingga 3,1%—level tertinggi dalam 15 bulan terakhir.
Kesepakatan bersejarah yang disambut Trump ini, menyusul mencairnya hubungan dagang dengan Tiongkok, membangkitkan kembali kepercayaan investor terhadap saham dan obligasi Boeing, bahkan telah memulihkan kerugian yang diderita setelah serangan “Liberation Day” dari Trump. Ini juga menjadi pengingat bahwa nasib Boeing sangat terikat pada sosok Trump dan kebijakan perdagangannya yang kerap berubah-ubah.
Saham Boeing telah naik 50% sejak menyentuh titik terendah pada awal April sebesar $128,88 akibat tekanan tarif dan balasan dari Tiongkok yang menghentikan impor pesawat buatan AS. Dengan lonjakan pada perdagangan hari Rabu, harga saham Boeing mencapai posisi tertinggi sejak Februari 2024.
“Boeing mulai mendapatkan kembali momentum operasional setelah mogok kerja dan insiden pintu darurat tahun lalu menghambat kinerja obligasi senilai lebih dari $50 miliar,” kata analis kredit Bloomberg Intelligence, Matthew Geudtner. “Mencairnya ketegangan dagang, likuiditas yang cukup untuk menghadapi pembakaran kas jangka pendek, serta tanda-tanda peningkatan produksi dan pengiriman dapat mempertahankan kinerja obligasi produsen pesawat ini, yang telah melampaui rekan-rekannya tahun ini.”
Maskapai di Teluk Persia selama ini menjadi pembeli utama pesawat jarak jauh. Emirates, pesaing regional utama Qatar Airways, memesan lebih dari 100 pesawat Boeing pada Dubai Air Show 2023. Pada 2014, Emirates juga memesan 150 unit 777X, yang saat itu menjadi rekor pembelian.
Qatar memang lama menjadi pelanggan setia Boeing, meskipun armadanya juga mencakup berbagai jenis pesawat jarak pendek dan panjang dari Airbus SE. Pesawat berbadan lebar menjadi semakin dicari sejak pandemi, saat jalur penerbangan global dibuka kembali dan maskapai mulai memperbarui armada mereka yang menua.
Ortberg didampingi oleh Stephanie Pope, kepala divisi pesawat komersial Boeing, dalam kunjungannya ke Doha. Keduanya menempati posisi barunya tahun lalu setelah perombakan manajemen yang menggantikan jajaran lama yang dipimpin mantan CEO Dave Calhoun.
Kesepakatan ini secara tegas mengarahkan fokus Qatar ke Boeing, meskipun maskapai ini juga mempertimbangkan pembelian Airbus A350 dalam jumlah lebih kecil—yang kemungkinan akan diumumkan pada Paris Air Show bulan Juni.
Qatar Airways saat ini mengoperasikan armada campuran yang terdiri dari lebih dari 200 pesawat berbadan sempit dan lebar dari kedua produsen. Maskapai ini juga mengoperasikan lebih dari 50 unit Boeing 777 lama yang mulai banyak digantikan oleh maskapai lain.
(bbn)
































