Menurut Darmawan, pemerintah bersama PLN telah berhasil mempercepat realisasi proyek infrastruktur ketenagalistrikan dan beberapa proyek diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Seluruh proyek tersebut menurunkan emisi karbon sebesar 14 juta ton CO2 per tahun.
"Ini termasuk 3,2 GW pembangkit, termasuk 0,4 GW pembangkit dari energi baru terbarukan, ada 740 kilometer sirkuit transmisi, dan ada 1.740 MVA gardu induk," ujar Darmawan.
Selain itu, PLN telah menyelesaikan 97% target penambahan pembangkit EBT 2025 pada April 2025, yakni sebesar 492 megawatt (MW) dari total target sebesar 507 MW, salah satunya PLTA Merangin yang beroperasi pada Maret 2025.
Di sisi lain, PLN melakukan implementasi co-firing biomassa di 47 PLTU dengan penggunaan sekitar 4 juta ton. Hal ini mampu menurunkan emisi sekitar 4,4 juta ton emisi karbon.
PLN juga telah mengurangi emisi CO2 atau green house gas sebesar 48,4 juta ton CO2, ekuivalen dengan berbagai upaya extraordinary.
"Inilah yang menjadi fondasi bahwa kita membangun pola pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan, menyediakan listrik yang andal tetapi juga mengurangi emisi gas rumah kaca," ucapnya.
Darmawan memerinci pengurangan emisi karbon sebanyak 16,3 juta ton dengan pembangunan 1,3 GW pembangkit EBT, lalu 12 juta ton CO2 diturunkan dengan pengembangan pembangkit berbasis gas.
Kemudian penambahan pembangkit dari berbasis batu bara ultra supercritical sehingga terdapat penurunan emisi karbon sebesar 13,9 juta ton.
"Ada 4,3 juta ton itu dengan adanya energy efficiency dan hampir 2 juta ton karena adanya menggunakan biomassa melalui co-firing di pembangkit batu bara miliknya PLN," imbuhnya.
(mfd/naw)