Logo Bloomberg Technoz

Level tersebut lebih lemah ketimbang posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp16.495/US$. Hal itu mengisyaratkan, potensi pelemahan rupiah hari ini masih terbuka karena lanskap global yang kurang menguntungkan.

Rupiah telah membukukan pelemahan 0,36% week-to-date, relatif masih lebih baik dibanding mata uang Asia lain seperti rupee dan ringgit yang nilainya turun lebih banyak terhadap dolar AS.

Dari dalam negeri, tekanan jual investor asing di saham juga masih besar ketika animo di pasar surat utang negara juga melemah. Hal tersebut bisa menekan rupiah yang kemarin bergeming meski data cadangan devisa pada April dilaporkan anjlok dengan penurunan terbesar sejak Mei 2023.

Di pasar saham, asing memperpanjang posisi net sell untuk tiga hari beruntun dengan membukukan penjualan Rp841,6 miliar pada perdagangan kemarin.

Sementara di pasar obligasi pemerintah, arus masuk modal asing terlihat melemah terindikasi dari rata-rata pergerakan 5 hari terakhir yang sebesar US$ 6,33 juta, turun di bawah rata-rata 20 hari yang mencapai US$ 11,8 juta, seperti dikompilasi Bloomberg dari data Kementerian Keuangan.

Tingkat imbal hasil SUN berdenominasi dolar AS (INDON) tenor 10 tahun telah meningkat 7,4 bps sepekan ini menyentuh 5,473%. 

Kesepakatan Trump

Di tengah penurunan harapan akan penurunan Fed fund rate, optimisme pasar mungkin masih akan ditahan oleh perkembangan seputar perang dagang AS. 

Presiden Donald Trump kemarin mengumumkan kesepakatan dagang dengan Inggris dan mengisyaratkan tarif atas barang-barang China mungkin akan turun jika pembicaraan mendatang berjalan baik, sehingga meningkatkan sentimen risiko.

Trump mengajukan kerangka kerja perdagangannya dengan Inggris sebagai pencapaian bersejarah, dan langkah pertama dalam upaya revolusionernya untuk merombak ekonomi global.

Saat AS bersiap untuk memulai perundingan dengan China — target terbesar serangan tarif Trump — presiden mengatakan dia yakin negosiasi dapat menghasilkan kemajuan nyata.

“Saat kita mendapatkan rincian kesepakatan perdagangan ini hari ini, dan mengetahui seberapa besar kemajuan yang dicapai AS dan China menuju kesepakatan perdagangan terpenting akhir pekan ini, hal itu akan memberi investor kejelasan lebih lanjut tentang seberapa besar dampak masalah perdagangan terhadap AS dan ekonomi global di masa mendatang,” kata Matt Maley di Miller Tabak + Co, dilansir dari Bloomberg News.

Keyakinan Konsumen

Hari ini, Bank Indonesia akan merilis laporan Survei Konsumen untuk bulan April yang akan memberikan gambaran apakah ada perbaikan dari kepercayaan para konsumen di Tanah Air, di tengah berbagai indikator yang mempertegas kondisi pelemahan ekonomi.

Laporan itu juga akan memberikan gambaran kondisi keuangan konsumen terakhir setelah pada survei sebelumnya menunjukkan bahwa rasio tabungan anjlok hingga di bawah 15% ketika alokasi untuk konsumsi juga hanya tumbuh sedikit.

Keyakinan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja juga mungkin masih akan rendah sejurus dengan gelombang PHK yang terus berlanjut di kala kegiatan usaha menyentuh level terendah.

Hari ini, Bank Indonesia juga akan menggelar lelang rutin Sekuritas Rupiah (SRBI). Dalam tiga lelang beruntun, tingkat bunga SRBI dipangkas oleh Bank Indonesia memberi isyarat adanya peluang penurunan BI rate di tengah upaya BI mengurangi nilai outstanding instrumen tersebut di pasar, untuk mendorong perbaikan likuiditas.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Erwin Hutapea beberapa hari lalu. 

Bank sentral juga menargetkan operasi moneter yang lebih ekspansif demi mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk dengan melanjutkan pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder untuk mendukung likuiditas pasar.

Berdasarkan data terakhir yang dipublikasikan oleh otoritas, nilai oustanding SRBI di pasar sekunder sampai 21 April lalu mencapai Rp881,86 triliun, sudah turun sekitar Rp41,67 triliun dari posisi akhir 2024 lalu.

Pada siang nanti, Otoritas Jasa Keuangan juga akan menggelar konferensi pers mengumumkan hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) edisi Apri, yang bakal membeberkan perkembangan sektor jasa keuangan terkini serta kebijakan OJK.

(rui)

No more pages